Bisnis.com, JAKARTA — Dinaikkannya suku bunga acuan sebanyak 50 basis poin menjadi 7% oleh Bank Indonesia dinilai cukup di tengah kondisi perlambatan ekonomi global dan depresiasi rupiah.
Kepala Ekonom PT Bank International Indonesia Tbk Juniman berharap Bank Indonesia tidak menaikkan suku bunga acuan atau BI rate lebih dari 7% guna menjaga pertumbuhan ekonomi kedepannya.
“Kenaikan BI rate akan berdampak negatif terhadap kinerja kredit perbankan, padahal pertumbuhan kredit kan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Artinya, kita akan mengalami kesulitan untuk meningkatkan pertumbuhan kedepannya,” ujarnya, Kamis (29/8/2013).
Dia menuturkan Indonesia masih akan menghadapi tantangan perekonomian pada tahun-tahun mendatang. Oleh karena itu, lanjutnya, Bank Indonesia akan kesulitan jika ingin menurunkan BI rate nantinya.
Juniman menilai depresiasi rupiah lebih disebabkan buruknya kinerja transaksi berjalan. Depresiasi juga menyebabkan harga barang impor melonjak, sehingga turut mendongkrak inflasi. Kendati demikian, BI rate dapat menjadi solusi mengurangi gejolak rupiah.
“Kami nilai posisi 7% sudah cukup pas untuk mengurangi depresiasi rupiah. BI rate lebih dari 7% juga belum tentu mengurangi tekanan rupiah, justru malah mempersulit pertumbuhan ekonomi kedepannya,” ujarnya, saat dihubungi, Kamis (29/8).
Di sisi lain, Juniman juga memperkirakan inflasi Agustus sebesar 1,2%. Sementara, inflasi akhir tahun diprediksi di level 8,58%, lebih rendah dibandingkan dengan proyeksi inflasi akhir tahun Bank Indonesia di level 9%.