Bisnis.com, JAKARTA - Penandatanganan perjanjian kerja sama Prefrential Trade Agreement antara Indonesia dan Pakistan dinilai bisa menambah pasar potensial minyak sawit mentah dan turunannya hingga 320.000 ton hingga akhir tahun.
Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga mengatakan selama ini Indonesia hanya bisa mengirimkan produk hilir minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO), karena kalah bersaing dengan Malaysia. Hingga saat ini, produk hilir yang dipasok ke Pakistan sudah mencapai 150.000 ton.
“Selama CPO kita lebih mahal US$15 dibandingkan dengan produk Malaysia, dengan ditandatanganinya perjanjian ini harga bisa lebih bersaing. Sebanyak 320.000 ton pasar di sana bisa kami rebut kembali,” kata Sahat seusai Forum Ekspor, Selasa (27/8/2013).
Dia memperkirakan kebutuhan CPO di Pakistan yang bisa dipasok sebanyak 80.000 ton per bulan. Apabila pada awal September jadi ditandatangani, maka hingga akhir tahun Indonesia bisa mengirim 320.000 ton.
Sahat menambahkan pasar CPO dan turunannya yang bisa dioptimalkan hingga akhir tahun kira-kira bisa mencapai 500.000 ton. Volume pengapalan ke Pakistan ini bisa berkontribusi hingga 40% pasar ekspor Indonesia ke seluruh dunia.
Pasar ekspor CPO dan turunannya Indonesia, lanjutnya, mencapai 2 juta ton. Adapun, Malaysia yang juga sebagai salah satu pengekspor CPO terbesar dunia hanya memasok 1,6 juta ton.