Bisnis.com, SHANGHAI - Daimler AG, pembuat mobil Mercedes-Benz, berencana menginvestasikan €2 miliar (US$ 2,7 miliar) di China untuk membangun pabrik mobil terbesar yang akan menjadi strategi pabrikan tersebut menantang BMW dan Audi.
Pabrik ini dijadwalkan selesai dibangun pada awal 2014 dan membantu Daimler menggandakan produksi China menjadi lebih dari 200.000 unit per tahun, kata Hubertus Troska, 53, Kepala Bisnis China-Daimler AG di Beijing hari ini, Selasa (27/8/2913).
Investasi tersebut juga untuk membangun pabrik mesin dan fasilitas produksi mobil lain.
Sementara Daimler berencana untuk menjual 300.000 kendaraan di China pada tahun 2015, Audi-Volkswagen telah mencapai tonggak sejarahnya pada 2011, dan Bayerische Motoren Werke AG melakukannya tahun lalu.
Hal itu berarti Daimler perlu meningkatkan ekspansi di pasar mobil terbesar di dunia tersebut untuk memenuhi target untuk menjadi pembuat mobil mewah paling top di dunia pada akhir dekade ini.
"Jika kita tidak lebih sukses di China, tujuan kami nomor satu posisi global akan sangat sulit dicapai," kata Troska. "Ada pengakuan bahwa kita perlu untuk meningkatkan kinerja kami di Cina beberapa vis-a-vis pesaing kami.”
Pabrikan yang berbasis di Stuttgart, Jerman, tersebut tahun lalu menunjuk Troska menjadi anggota dewan manajemen pertama perusahaan untuk mengawasi operasi di China. Sebelum itu, Troska memimpin unit truk Mercedes.
Sejak itu, Troska bergabung dua jalur distribusi perusahaan di China, dan mendirikan sebuah unit pendukung untuk mengkoordinasikan pemasaran, penjualan dan inisiatif pelatihan di dalam negeri.
Produsen otomotif, yang memiliki target penjualan lebih dari 1,4 juta mobil global tahun ini, akan memperkenalkan sedan S-classnya akhir tahun ini di China, yang menyumbang lebih dari setengah dari penjualan di seluruh modelnya di dunia.
S-kelas terbaru akan berada di antara 20 model baru atau upgrade Daimler yang akan diperkenalkan di China pada 2015.
Pada pabrik mesin pertama China, Daimler akan mulai memproduksi pada kuartal keempat. Perusahaan ini mengharapkan bisa memulai pengiriman sebagian produksinya kembali ke Jerman dari tahun depan, kata Troska. Kualitas komponen buatan China akan sebaik dengan hasil produksi di Jerman.