Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Patokan Impor, Harga Referensi Daging Sapi & Hortikultura Digodok

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perdagangan akan mulai menggodok formulasi penetapan harga referensi daging sapi dan hortikultura setelah mekanisme impor yang baru telah disetujui oleh Kementerian Perekonomian.

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perdagangan akan mulai menggodok formulasi penetapan harga referensi daging sapi dan hortikultura setelah mekanisme impor yang baru telah disetujui oleh Kementerian Perekonomian.

Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan akan segera membahas formulasi harga referensi untuk daging sapi dan produk hortikuktura pada rapat di tingkat Kementerian Koordinasi Perekonomian.

"Harga referensi daging sapi akan kami tentukan dalam waktu dekat karena mekanismenya sudah disetujui Menko," kata Gita seusai acara Forum Ekspor, Selasa (27/8/2014).

Dia menambahkan mekanisme impor tersebut akan disahkan dalam bentuk peraturan menteri perdagangan pada awal 2014.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Bachrul Chairi menjelaskan dasar penetapan harga referensi ini adalah biaya produksi, keuntungan dari petani, distributor, hingga harga di pasar.

Namun, perbedaan karakteristik harga daging sapi dan produk hortikultura membuat keduanya akan mempunyai diferensiasi. "Hortikultura mempunyai fluktuasi harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan daging sapi, tetapi itu bisa diprediksi sehingga masih bisa menetapkan harga referensi dengan tepat," ujar Bachrul.

Dia memperkirakan harga referensi untuk produk hortikultura bisa dievaluasi setiap 2-3 bulan. Adapun, evaluasi harga daging sapi bisa lebih lama karena dinilai lebih stabil.

Harga tersebut, lanjutnya, akan mementingkan kepentingan petani/peternak hingga kemampuan daya beli konsumen.

Pemerintah akan membuka kran impor untuk sapi bakalan dan daging sapi beku apabila harga di pasaran melonjak hingga 15% dari harga referensi. Namun, ada kemungkinan sapi siap potong akan didatangkan dari luar negeri apabila harga masih belum stabil.

Mekanisme ini dinilai bisa mengurangi praktek kartelisasi dan spekulan harga. "Orang berspekulasi karena barangnya kurang, kalau tercukupi terus mau spekulasi apa. Orang lain akan mengisi pasar dengan harga yang lebih rendah."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sepudin Zuhri
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper