Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Koperasi dan UKM menegaskan kenaikan harga kedelai sebagai bahan baku komoditas tempe dan tahu di pasar nasional hanya bersifat sementara serta dalam waktu dekat akan normal kembali.
"Kita harus menyadari kedelai sebagian besar masih diimpor. Ini terjadi karena mata uang dolar AS tengah menguat dalam beberapa hari ini. Jadi sifatnya hanya sementara,” kata Menteri Koperasi dan UKM Sjarifuddin Hasan kepada wartawan, Senin (26/8/2013).
Ditegaskan setelah pemerintah menerbitkan paket kebijakan sebagai respon terjadi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap US$, katanya, akan segera mengalami penurunan dalam waktu dekat. Pada saat nilai tukar itu stabil, maka harga kedelai normal kembali.
Kenaikan kedelai dalam beberapa hari memang mengkhawatirkan karrena sempat mencapai Rp8.500 per kg untuk tingkat pengecer. Situasi semacam ini mengancam kelangsungan industri produk tahu dan tempe.
Dikemukakan, pemerintah tetap memonitor dampak penguatan US$ terhadap rupiah dan kemungkinan inflasi. Harga-harga memang sempat naik, tetapi setelah pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk mengantisipasinya, akan stabiul kembali.
Kebijakan tersebut termasuk mengantisipasi depresiasi rupiah sehingga memungkinkan terjadinya kenaikan harga atau komoditas nasional. Dalam konteks ini termasuk kedelai sebagai bahan baku industri tahu dan tempe.
Menurut dia, gejolak harga tersebut tidak perlu disikapi dengan kepanikan. Terutama ketika memicu terjadinya kenaikan harga kedelai. Secara tegas dikemukakannya bahwa kenaikan nilai ituhanya bersifat sementara.
Meski demikian pemerintah tidak akan mengeluarkan kebijakan khusus sebagai upaya mengendalikan harga kedelai sebagai salah satu proteksi bagi kelangsungan industri tahu tempe yang digeluti pelaku usaha kecil dan menengah (UKM).