Bisnis.com, JAKARTA — Perajin tahu dan tempe di 20 provinsi mengancam akan melakukan mogok produksi jika harga kedelai di tingkat perajin masih tinggi hingga 2 pekan ke depan.
Ketua Gabungan Koperasi Tahu dan Tempe Indonesia (Gakopti) Aip Syarifudin mengatakan pemogokan masal ini 135.000 perajin akan dilakukan karena tidak sanggup untuk tetap beroperasi jika harga kedelai masih di atas Rp8.000.
“Harga kedelai di Lampung mencapai Rp8.700 per kilogram, sedangkan di DKI Jakarta dan Jawa Barat masing-masing Rp8.400 dan Rp8.500 per kilogram. Perajin yang rata-rata berskala kecil dan menengah tidak bisa bertahan,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (21/8/2013).
Dia menambahkan kenaikan harga bahan baku ini tidak bisa langsung disikapi dengan penaikan harga tempe maupun tahu. Hal ini disebabkan sebagian besar konsumen produk kedelai ini dari masyarakat kelas menengah ke bawah.
Selama ini, lanjutnya, perajin menyiasati kenaikan harga bahan baku ini dengan mengurangi volume potongan tempe dan tahu yang dijual. Misalnya, jika tiap potong yang dijual seberat 150 gram, maka dengan kenaikan harga ini menjadi hanya 140 gram.
Aip mengungkapkan permintaan tempe dan tahu juga mengalami penurunan. Namun, dia berharap ini disebabkan karena siklus tahunan pasca-Lebaran.
Dia berharap pemerintah segera membuka kran impor kedelai dengan volume yang besar karena tingkat kebutuhan yang tinggi.