Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wawancara Khusus Chatib Basri: UKM Itu Tidak Ngerti Cara Bikin Buku

Bisnis.com, JAKARTA - Menjelang pidato kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tentang RAPBN 2014 di hadapan para anggota DPR dan DPD, tim redaksi Bisnis Indonesia mewawancarai Menteri Keuangan Chatib Basri pada Kamis (15/8/2013). Pak Dede, begitu

Bisnis.com, JAKARTA - Menjelang pidato kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tentang RAPBN 2014 di hadapan para anggota DPR dan DPD, tim redaksi Bisnis Indonesia mewawancarai Menteri Keuangan Chatib Basri pada Kamis (15/8/2013). Pak Dede, begitu panggilan akrab Menkeu, menjawab seluruh pertanyaan dengan lugas. Berikut petikannya yang dibuat secara berseri:

Bagaimana komitmen pemerintah soal UKM?

Naif kalau mau kejar pendapatan dari UKM, tetapi dari finansial sektor dan properti.

Growth properti mungkin tertinggi di dunia, belum bubble dan levelnya masih kalah rendah dibandingkan Singapura. Kalau mau kejar pendapatan harus ke sektor-sektor yang belum tergali.

Persoalan dengan pajak kita juga terlalu terkonsentrasi ke sektor-sektor yang mudah digali, seperti mining dan ekspor yang relatif lebih transparan. Akan tetapi saat harga komoditas turun, penerimaan turun signifikan, lebih dari perlambatan ekonomi.

Apakah UKM bisa tambah pendapatan, iya tetapi tidak signifikan.

Tujuan kami adalah membuat mereka eligible untuk menjadi sektor formal dan berkembang. Apabila mereka tidak membayar pajak, maka susah dapat kredit, dan akhirnya lari ke renterir atau self financing.

Kenapa PPh-nya final 1% bukan dari buku, [karena] UKM itu tidak mengerti cara membikin buku. Kalau final itu dihitung dari omzet, sehingga relatif lebih gampang. Ini upaya simplifikasi.

Survey mengatakan mereka bilang happy. Kalau ditanyakan kepada orang bisnis, mereka semua minta [dihitung dari omzet] final. Kalau bisa pajak itu diujung saja, karena lebih simple dan Anda tidak harus bernegosiasi. Itu alasannya kenapa pakai dasar final omzet.

Ada yang bilang itu tidak fair dong 1% itu. Dia ini tidak hidup di UKM, karena kalau dia hidup di UKM, dia akan mengerti bagaimana repotnya membikin buku.

Sekarang omzet maksimum berapa? Rp5 miliar?

Kalau saya bikin rata-rata setenganya, Rp2,5 miliar. Nilai 1% dari Rp2,5 miliar adalah Rp25 juta, tetapi penghasilan tak kena pajak (PTKP) kan Rp24 juta. Jadi, Anda tidak bayar pajak.

Jangan bilang pedagang kaki lima, bayangan kita itu yang di kios-kios kecil di Tenabang.

Cuplikan Wawancara Sebelumnya:

MOMENTUM EMAS YANG HILANG

SAYA SELALU MENGORBANKAN PAK GITA WIRJAWAN

SAYA INGIN MEMBUAT SUCCESS STORY

NGGAK BENAR DONG, INVESTOR MASUK KARENA INSENTIF PAJAK

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Fatkhul-nonaktif
Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Hasil Wawanara Sri Mas Sari, Ahmad Puja Rahman Altiar, Achmad Aris, Yeni H. Simanjuntak, Setyardi Widodo, Lahyanto Nadie, Arif Budisusilo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper