Bisnis.com, JAKARTA - PT Freeport Indonesia belum memfinalisasi nota perjanjian dengan 3 investor smelter, karena masih intensif merundingkan rencana produksi.
Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Rozik B. Soetjipto mengatakan perundingan yang dibahas oleh Freeport dengan tiga investor tersebut antara lain kepastian rencana produksi. Dalam hal ini, pihak Freeport dapat memasok untuk salah satu smelter.
“Namun, ada kemungkinan dua di antaranya atau bisa juga ketiganya. Ini nanti tergantung kesepakatan,” ujarnya hari ini, Selasa (30/7/2013).
Kepastian rencana itu tergantung studi kelayakan apakah smelter yang akan dibangun membutuhkan konsentrat dari Freeport saja atau akan dicampur dengan konsentrat milik PT Newmont Nusa Tenggara. Selain itu, pertimbangan yang lain adalah apakah kapasitas mesin pengolah juga membutuhkan bahan impor atau tidak.
Saat dihubungi, dua dari tiga investor yang akan membangun pabrik smelter tembaga beserta turunannya mengatakan mereka masing-masing tengah dalam proses menyelesaikan perundingan bersama dengan pihak Freeport dan NNT.
Natsir Mansyur, Presiden Direktur PT. Indosmelt, mengatakan sebaiknya pemerintah mempertimbangkan bahwa Freeport atau perusahaan tambang lain tetap bisa mengekspor setidaknya 50% dari total produksinya.
"Setidaknya [mereka] diberi celah agar bisa ke eskpor. Saat ini pasar dunia tengah membutuhkan konsentrat tembaga," ujaranya.