Bisnis.com, JAKARTA--Pendanaan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang menggunakan Export Credit Agency mendorong perseoran mengadakan proyek International Competitive Bidding (ICB) untuk memenuhi standar teknologi yang ditetapkan ECA.
Direktur Perencanaan dan Pembinaan Afiliasi PLN Murtaqi Syamsuddin mengatakan fungsi ECA di suatu negara memang mendukung pendanaan ekspor teknologi dari negara pemberi dana.
"Masing-masing peserta tender harus membawa pendanaan dari masing-masing negara ECA. Pemenang ditentukan melalui harga teknologi yang ditawarkan dan biaya pendanaan," ujarnya melalui pesan singkat yang diterima Bisnis, di Jakarta, Senin (29/7/2013).
Dia menjelaskan tahap kompetisi tersebut untuk memilih pemenang tender yang teknologinya akan digunakan oleh badan usaha milik negara tersebut.
Untuk pendanaan ECA pertama kali, pemenang ICB adalah Finlandia. Proyek yang menggunakan dana serta standar teknologi dari negara Eropa Utara tersebut adalah pembangkit saat beban puncak (peaker) Arun 200 MW.
Dasar pemilihan suatu negara yang menjadi pemberi dana perusahaan pelat merah itu yang paling utama adalah tingkat suku bunga rendah. Selain itu, tenor pinjaman diharapkan sekurang-kurangnya 12 tahun.
Terdapat 40 proyek yang direncanakan mendapat dana melalui proses ECA. Agar sesuai target, PLN sedang mendekati negara-negara ECA. Rencana proyek tersebut dibagi dalam tiga wilayah.
Pertama wilayah Jawa-Bali yang terdiri dari 12 proyek. Wilayah kedua adalah wilayah Indonesia bagian barat, yang membentang dari Aceh Utara hingga Lampung.
Sejumlah 13 proyek siap digarap menggunakan ECA. Ketiga adalah wilayah Indonesia timur mulai dari Kalimantan Barat hingga Sulawesi Selatan berjumlah 15 proyek.
Menurut data PLN, total kebutuhan investasi untuk semua proyek di wilayah Jawa-Bali sebesar US$3 miliar. Untuk wilayah Indonesia Barat, jumlah investasi yang dibutuhkan untuk seluruh proyek sebesar US$1,9 miliar. Sementara itu, untuk wilayah Indonesia Timur total seluruh investasi diperkirakan oleh PLN US$2 miliar.
Murtaqi mengatakan, proyek Arun merupakan pintu gerbang untuk membuktikan apakah proyek-proyek yang strategis itu dapat dibiayai melalui ECA. Pihaknya belum bisa memastikan sekarang apakah seluruh proyek yang telah disebutkan dapat menggunakan sistem ECA.
"Kita lihat dulu perkembangan setelah show case Arun selesai," imbuhnya.
ECA merupakan sistem pendanaan business to business PLN tanpa jaminan pemerintah. Melalui proses ini, perseroan berharap pencairan dana lebih cepat dan tidak melalui proses birokrasi yang berbelit dibandingan dengan pinjaman dari pemerintah berupa pinjaman lunak atau sub-loan agreement (SLA).
Direktur Keuangan PLN Setio Anggoro Dewo mengatakan ECA memang digunakan untuk pendanaan yang membutuhkan valuta asing. Selain itu, pendanaan ini digunakan untuk pembelian alat atau teknologi yang tidak tersedia di dalam negeri.
Pendanaan ECA merupaka peran aktif PLN dalam mencari dana. Diharapkan menggunakan dana ini untuk mempercepat pembangunan proyek di sejumlah pembangkit dan transmisi.