Bisnis.com, JAKARTA – Penurunan Hak Pengelolaan Hutan (HPH) aktif yang terus terjadi berpotensi menurunkan produksi kayu nasional, yang pada akhirnya akan menurunkan nilai ekspor produk kayu dan beberapa turunannya. Padahal, permintaan kayu dunia semakin meningkat.
Nana Suparna, Ketua Bidang Produksi Hutan Tanaman Asosiasi Pengusaha hutan Indonesia (APHI), mengatakan HPH aktif semakin berkurang dari tahun ke tahun, hal ini berpengaruh buruk terhadap produksi kayu Nasional, apalagi permintaan kayu dunia mendatang menunjukkan tren meningkat.
“Kebutuhan dunia akan kayu semakin meningkat, ketika produksinya sudah tidak mampu memenuhi permintaan kebutuhan ini. Maka yang terjadi adalah pemakaian bahan lain pengganti kayu yang justru tidak ramah lingkungan,” ujarnya hari ini, Rabu (17/7/2013).
Pada 2012, lanjut Nana jumlah HPH aktif tinggal 115 HPH, padahal sebelumnya di 2011 jumlah HPH aktif masih sekitar 143 HPH. Produksi kayu-pun juga turun, jika pada 2011 sebanyak 6,28 juta meter kubik, pada 2012 hanya sebesar 3,77 juta meter kubik saja.
Selain itu, berkurangnya HPH aktif juga berpotensi meningkatkan kawasan hutan terlantar di Indonesia. Padahal, kawasan ini berpotensi menimbulkan berbagai konflik, seperti ilegal logging dan juga penjarahan. Sedikitnya 65 juta hektare kawasan hutan Indonesia berada dalam status terlantar. Luasan tersebut setara dengan 50% total kawasan hutan saat ini, yaitu sekitar 131 juta hektare.
“Masalah sosial seperti konflik lahan dan ilegal logging semakn meningkat seiring bertambahnya kawasan terlantar ini, selain itu kerugian ekonomi juga akan semakin meningkat. Oleh karena itu, masalah ini merupakan hal penting yang harus segera diselesaikan oleh pemerintah,” katanya.