Bisnis.com, MAKASSAR— Harga properti residensial di Kota Makassar dalam setahun terakhir naik dengan rata-rata tertinggi dibandingkan dengan kota-kota lain di Indonesia.
Berdasarkan data Bank Indonesia, kenaikan harga properti di Makassar mencapai 28,8% (yoy), di atas Jabodetabek-Banten (23,3%), Surabaya (19,1%), Pontianak (18%) dan Medan (13,9%).
"Kenaikan harga properti tersebut didorong oleh tingginya permintaan seiring dengan meningkatnya peran kota-kota tersebut menjadi pusat-pusat kegiatan ekonomi," ungkap BI dalam Laporan Nusantara Juli 2013.
Peningkatan harga tertinggi secara umum terjadi pada rumah tinggal berukuran kecil.
Menurut BI, hal tersebut terkait dengan besarnya permintaan masyarakat untuk rumah pertama, yang biasanya merupakan rumah-rumah berukuran kecil.
Faktor lain yang mendorong meningkatnya harga rumah tipe kecil adalah harga tanah, harga bahan bangunan, upah buruh dan biaya perizinan.
Pertumbuhan harga properti residensial berukuran kecil terutama terjadi di Makassar, Jabodebek-Banten dan Medan. Sementara untuk Surabaya dan Medan kenaikan harga properti residensial justru terjadi pada tipe rumah besar
BI juga mengungkapkan pertumbuhan kredit properti residensial lebih terarah pada kredit rumah tipe besar atau di atas 70 meter persegi, dibandingkan dengan tipe kecil.
"Besarnya permintaan masyarakat akan rumah tipe kecil tampaknya belum menarik minat bank untuk menyalurkan kredit," ungkap BI.
Sejak Agustus 2012 penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) tipe rumah kecil cederung turun dan baru kembali meningkat pada April 2013.
Program pembiayaan rumah sederhana bagi masyarakat berpenghasilan rendah MBR) yang dicanangkan pemerintah melalui skim Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahaan (FLPP) realisasinya relatif masih rendah.
Dari total dana sebesar Rp2,7 triliun yang ditargetkan selama tahun 2013 baru terealisasi 23,53% pada triwulan I 2013. (ltc)