Bisnis.com, JAKARTA - Dewan Koperasi Indonesia menilai pemerintah belum konsisten menerapkan sistem perekonomian nasional berdasarkan amanat konstitusi, karena dianggap masih dijadikan sebagai alat politik dengan persepsi yang keliru.
Wakil Ketua Umum Bidang Organisasi Agung Sudjatmoko mengatakan Indonesia perlu belajar dari gerakan koperasi ekonomi kerakyatan di Skandinavia. Koperasi berkembang dan maju di Skandinavia karena berperan menjadi gerakan ekonomi rakyat.
”Bukan hanya karena sudah berusia lama, tetapi juga ada kaukus politisi gerakan koperasi yang duduk di parlemen,” katanya kepada Bisnis, Sabtu (13/7/2013).
Skandinavia terdiri dari 5 negara, masing-masing Islandia ,Finlandia, Norwegia, Swedia, dan Denmark. Di negara-negara itu kebijakan mendasar pemerintahan terhadap koperasi dominan, sehingga kebijakan ekonomi negara selalu melibatkan koperasi dan usaha kecil dan menengah (KUKM).
Menurutnya, teori menyatakan jika ingin merubah atau menguatkan sistem maka harus menjadi subsistem, dan kemudian merebutnya dan mengeksplorasi dalam kebijakan ekonomi yang memihak rakyat berdasarkan konstitusi.
Karena itu milad Koperasi ke-66 hendaknya menjadi tonggak untuk menyebarkan serta memperkuat ideologi ekonomi rakyat terhadap aktivis gerakan koperasi Indonesia yang kini menyebar dalam berbagai partai politik.
Ideologi ekonomi rakyat atau kerakyatan dinilainya abadi dibandingkan dengan ideologi Parpol. Maka saatnya masyarakat koperasi hanya mendukung dan memilih politisi berideologi koperasi, agar penerapan sistem ekonomi rakyat konsisten berdasarkan konstitusi menuju masyarakat sejahtera bersama koperasi.
”Sudah saatnya rakyat Indonesia yang menjadi anggota koperasi menyatakan pendapat bahwa gerakan koperasi nasional hanya dari dan oleh untuk gerakan koperasi yang berlandaskan amanat konstitusi.”
Koperasi konsumen di negara Skandinavia sebagai langkah strategis menghadapi globalisasi. Era koperasi transnasional, sudah dimulai.Peristiwa bersejarah dalam peta perkoperasian dunia melakukan merger pada bisnis ritel fast moving consumer goods (FMCG), sehingga melahirkan Coop Nordic.
Koperasi Negara Skandinavia itu masing-masing sudah mencapai skala ekonomi raksasa di negara masing-masing sebelum berkolaborasi. Di Norwegia mislnya, koperasi konsumen menggenggam pangsa pasar hingga 24,1% bisnis ritel, dan masuk empat besar perusahaan ritel raksasa.