BISNIS.COM, JAKARTA—Nilai ekspor industri mebel diprediksi naik 20% seiring dengan perkembangan sektor properti dunia pada tahun ini.
Ketua Umum Asosiasi Mebel Kayu dan Rotan Indonesia (AMKRI) Soenoto mengatakan nilai ekspor mebel bisa meningkat menjadi US$2,04 miliar dari US$1,7 miliar pada 2012.
“Perkembangan properti disebabkan adanya pertumbuhan jumlah penduduk. Pembangunan apartemen, rumah, maupun hotel tentu saja akan menjadikan permintaan mebel bertambah,” kata Soenoto seusai jumpa pers Indonesia International Furniture Expo (IFEX) 2013, Jumat (5/7/2013).
Dia optimistis akan angka pertumbuhan ini seiring mulai membaiknya pasar Eropa dan Amerika Serikat yang menjadi negara tujuan ekspor utama. Namun, pasar non tradisional seperti Rusia, India, dan Amerika Latin tetap akan digarap.
Soenoto menambahkan pasar Amerika Latin yang sudah menunjukkan respon positif diantaranya Kolombia, Braxil, dan Puerto Rico. Akan tetapi nominalnya masih di bawah 5% dari total ekspor tahun lalu.
Menurut data Center for Industrial Studies (CSIL), perdagangan mebel dunia pada 2012 mencapai US$122 miliar, sedangkan kontribusi Indonesia hanya 2%.
Dia menyebutkan bahan material yang dipergunakan harus sesuai aturan Sistem Verivikasi Legalitas Kayu (SVLK) diantaranya kayu, rotan, mahoni, jati dengan izin tertentu, bambu, dan pohon mangga.
“Khusus untuk rotan, pertumbuhan permintaannya akan signifikan. Bahan baku itu mempunyai domination value karena 90% pemilik rotan dunia adalah Indonesia,” ujarnya.
Soenoto berpendapat setiap US$1 miliar nilai ekspor yang dihasilkan, maka bisa menghasilkan satu juta lapangan kerja. Apabila dalam 5 tahun mendatang Indonesia bisa mencatatkan nilai ekspor sebesar US$5 miliar, jumlah lapangan kerja bisa mencapai lima juta.
“Kalau satu lapangan kerja bisa menyerap empat buruh, total serapannya bisa 20 juta orang. Kami akan segera menyelesaikan roadmap dengan pemerintah untuk rencana ini,” ucap Soenoto.