Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Manufaktur Melambat Akibat Ekspor Turun

BISNIS.COM, JAKARTA--Kinerja industri manufaktur pada Juni 2013 berdasarkan purchasing managers index (PMI) yang dirilis oleh HSBC semakin lamban. Pasalnya, PMI manufaktur dalam negeri dipatok 51,0 menurun jika dibandingkan indeks Mei 2013 sebesar 51,6.

BISNIS.COM, JAKARTA--Kinerja industri manufaktur pada Juni 2013 berdasarkan purchasing managers index (PMI) yang dirilis oleh HSBC semakin lamban. Pasalnya, PMI manufaktur dalam negeri dipatok 51,0 menurun jika dibandingkan indeks Mei 2013 sebesar 51,6.

Meski demikian, sepanjang kuartal II/2013, PMI Indonesia mencapai rata-rata 51,4 atau meningkat dibandingkan dengan kuartal I/2013 yang hanya 50,5.

PMI merupakan indeks berkala yang disesuaikan dari difusi terpisah indeks yang mengukur perubahan pada output, permintaan baru, penempatan tenaga kerja, jadwal pengiriman pemasok serta stok pembelian. Dalam indeks ini, angka di atas 50,0 mengindikasikan pertumbuhan atau ekspansi, sedangkan di bawah 50,0 mencerminkan kontraksi.

Salah satu ekonom Asia Tenggara HSBC Su Sian Lim menyebutkan penurunan kinerja manufaktur dalam negeri disebabkan oleh ekspor dan laba industri yang menurun, meski output produksi meningkat. Lim memaparkan, selama Juni tahun ini, output produksi manufaktur kembali meningkat, bulan keempat secara berturut-turut. Namun, peningkatan tersebut tidak terlalu signifikan.

"Aktivitas manufaktur Indonesia terus berkembang, tapi dalam level sedang. Permintaan ekspor berkurang, ini pertama kalinya selama 4 bulan belakangan. Ekonomi dunia masih dalam pemulihan," ujar Lim pada Senin (1/7/2013).

Adapun, peningkatan output produksi disebabkan meningkatnya permintaan. Namun, permintaan dan output produksi tak serta merta membuat perusahaan berekspansi, bahkan tingkat ekspansi pada bulan lalu merupakan yang paling lambat sejak Februari. Pasalnya, permintaan dari Eropa semakin menurun, menyusul nilai tukar rupiah yang semakin lemah. 

Meski demikian, lanjut Lim, permintaan atau konsumsi domestik masih dapat menjadi penyeimbang. Beberapa sumber daya dalam negeri seperti tenaga kerja juga terus meningkat.

Selain itu, penurunan utilitas juga menjadi indikasi lambatnya kinerja industri. Tak hanya itu, kondisi infrastruktur dan cuaca yang buruk sempat menjadi penghambat distribusi. Untuk biaya produksi juga ikut meningkat. Beberapa responden survei HSBC menyebutkan terdapat kenaikan bahan baku, terutama bahan bakar minyak (BBM).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sepudin Zuhri
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper