Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Omzet Ritel Modern Diprediksi Rp150 triliun, Tumbuh 15%

BISNIS.COM, JAKARTA - Omzet industri ritel tahun ini diperkirakan mencapai Rp150 triliun, tumbuh sekitar 15% dibandingkan dengan realisasi omzet tahun lalu sebesar Rp130 triliun.

BISNIS.COM, JAKARTA - Omzet industri ritel tahun ini diperkirakan mencapai Rp150 triliun, tumbuh sekitar 15% dibandingkan dengan realisasi omzet tahun lalu sebesar Rp130 triliun.

Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Tutum Ruhanta mengatakan target pertumbuhan 15% tersebut cukup ambisius mengingat kondisi industri tahun ini tak sebagus tahun lalu. Menurutnya, target pertumbuhan 15% tersebut merupakan target tertinggi yang ingin dicapai.

“Tahun ini di atas 10%, kita menjaga range sekitar 10%-15%,” kata Tutum ketika dihubungi Bisnis, Rabu (26/6). Pencapaian omzet akan ditopang oleh konsumsi masyarakat Indonesia yang terus meningkat.

Menurut Tutum, keadaan ekonomi makro tahun ini memang kurang mendukung. Mulai adanya kenaikan tarif dasar listrik, upah minimum provinsi (UMP), harga gas, serta kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Adapun tahun lalu, pertumbuhan industri ritel  sebesar 15%.

Namun, dia berharap, adanya kenaikan harga BBM ini tidak memengaruhi daya beli masyarakat. “Selama ini omzet kan ditopang dari daya beli masyarakat, kenaikan harga, kemudian banyak yang berbelanja di warung mulai beralih ke ritel,” tambahnya.

Dia juga berharap, adanya kenaikan harga BBM bersubsidi bisa membuat kegiatan distribusi menjadi lancar. Menurutnya, tingginya subsidi BBM membuat pemerintah tidak mengutamakan pembangunan infrastruktur. Oleh karena itu, sangat berkemungkinan, ketika harga BBM dinaikkan, pemerintah lebih fokus membangun infrastruktur yang selama ini sangat berantakan.

“Sekarang lewat Pantura itu sudah 12 jam, distribusi sangat terganggu,” tegasnya. Pihaknya sangat mendukung adanya kenaikan harga BBM bersubsidi ini bila pemerintah sejalan memperbaiki sarana transportasi yang ada.

Menurutnya, kenaikan harga BBM tidak besar pengaruhnya pada industri ritel. “Selama industri tidak menaikan harga, itu yang kami jual,kita hanya menaikkan margin sedikit. Hanya pengaruh ke distribusi, sekitar 1%.”

Tahun lalu, PricewaterhouseCoopers International Ltd (PWC) memprediksi, industri ritel dan konsumer di Asia Pasifik akan tumbuh rata-rata 6% selama 2011 hingga 2015.

Angka ini menjadikan Asia Pasifik sebagai kawasan dengan tingkat pertumbuhan ritel tertinggi dibandingkan Amerika Serikat dan Eropa yang diperkirakan hanya tumbuh 1% pada periode sama.

Di tahun 2015, PWC memperkirakan penjualan ritel di Asia Pasifik akan mencapai US$10,5 triliun, melesat 59% dari perkiraan penjualan ritel tahun ini sebesar US$ 6,6 triliun.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Riendy Astria
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper