BISNIS.COM, JAKARTA—Penaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi akan memukul masyarakat berpenghasilan rendah, apabila pemerintah tidak melakukan intervensi untuk mengurangi lonjakan biaya hidup akibat kebijakan itu.
Intervensi berupa bantuan sementara dalam bentuk tunai dalaa jangka pendek bisa menyelamatkan masyarakat berpenghasilan rendah. Pasalnya, berdasarkan data Bloomberg, pada kuartal II/2013 masyarakat harus merelakan hampir 10% pendapatannya hanya untuk membeli BBM walaupun masih disubsidi.
Jumlah pengeluaran ini merupakan yang tertinggi kelima di dunia, setelah India (30,69%), Pakistan (29,11%), Filipina (16,16%), dan Nigeria (13,29%). Penghasilan per tahun untuk membeli BBM juga relatif tinggi dibandingkan dengan negara lain, yakni 2,84% atau tertinggi ke-11 di dunia.
Kondisi ini dapat dipahami mengingat pendapatan per kapita Indonesia belum terlalu tinggi, meskipun cenderung meningkat, yakni Rp101.859 berdasarkan data kuartal II/2013. Adapun konsumsi harian, menurut Bloomberg mencapai 0,3 liter per hari per kapita.