BISNIS.COM, JAKARTA: The South East Asia Super Trade Mission (STM) dari Pemerintah Negara Bagian Victoria, Australia, akan memulai tur mereka di pasar prioritas Asia Tenggara dengan mengunjungi Indonesia pada 18-19 Juni 2013. Kunjungan ini dilakukan untuk meningkatkan hubungan perdagangan dan berusaha untuk mendorong keterlibatan dalam berbisnis.
Lebih dari 200 perusahaan dan 300 delegasi akan berpatisipasi dalam STM terbesar dan pertama kali digelar di bawah kepemimpinan Victorian Premier yang baru ditunjuk Denis Napthine.
Fokus STM diutamakan untuk membuka peluang dalam sektor otomotif, penerbangan, pendidikan tinggi dan kejuruan, pangan dan agribisnis, kesehatan dan lansia, komunikasi informasi dan teknologi, pariwisata, urbanisasi dan infrastruktur dan juga manajemen dana dan kekayaan.
“Peluang pertumbuhan Indonesia merupakan salah satu yang paling sehat di wilayah ini,” kata Komisaris Victoria ke Asia Tenggara Tim Dillon dalam siaran persnya, Jumat (14/6/2013).
Dillon memberi contoh dalam industri otomotif Asia Tenggara, Indonesia merupakan pasar yang paling signifikan bagi ekspor produk otomotif Australia, bernilai Rp772,3 miliar (A$83,6 juta) pada 2012, meningkat 31% dari tahun sebelumnya.
Di Asia Tenggara, Indonesia juga merupakan pasar yang paling signifikan bagi ekspor makanan Australia yang diperkirakan bernilai Rp17,55 triliun (A$1.9 miliar) pada 2012.
Menitikberatkan pada negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia, merupakan bagian dari upaya Pemerintah Negara Bagian Victoria dalam membina hubungan yang lebih mendalam, termasuk memanfaatkan hubungan kedekatan sejarah dan wilayah. Upaya ini juga memperhatikan berkembangnya kelas menengah di Asia dalam membentuk pasar global.
“Victoria adalah ‘jembatan strategis’ ke Australia dan tujuan kami untuk STM adalah untuk mendorong dan membangun keterlibatan yang lebih mendalam antara Negara Bagian Victoria dan negara-negara penting di Asia Tenggara seperti Indonesia,” ujar Dillon.
Sementara itu, Direktur Victorian Government Business Office (SEA) Education Services Celia Yeo menjelaskan kemungkinan adanya kemitraan kolaboratif dalam sektor Pendidikan Kejuruan dan Pelatihan (Vocational Education and Training /VET) untuk dual certification dari kedua negara – terutama karena Indonesia sedang dalam tahap perencanaan untuk memperkenalkan VET ke hampir 5.000 sekolah menengah pertama dan sekolah-sekolah kejuruan yang baru didirikan.
“Misalnya, saat ini, Melbourne’s Ascet Institute of Technology, sedang dalam kegiatan eksplorasi untuk memperluas program di seluruh Indonesia,” tambah Yeo. (LN)