BISNIS.COM, SEMARANG -– Realisasi ekspor furnitur Indonesia ke sejumlah negara asing di dunia sepanjang triwulan I/2013 mencapai sekitar US$450 juta atau mengalami kenaikan sekitar 4% dibandingkan periode sama tahun lalu, akibat didorong makin terbukanya pasar baru.
Selain akibat semakin terbukanya pasar baru, faktor pendorong pertumbuahn realisasi ekspor furnitur tersebut adalah adanya pergesaran karakteristik buyer yang lebih memilih barang-barang kerajinan buatan industri menengah atau besar dibandingkan industri rumahan atau home industri.
“Realisasi ekpor furniture tiga bulan pertama tahun ini mencapai sekitar US$450 juta, naik 4% dibandingkan periode sama tahun lalu,” tutur Ketua Umum Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asimindo), Ambar Tjahjono, di Semarang, Rabu (29/5/2013).
Menurutnya faktor pendorong pertumbuhan tersebut adalah semakin terbukanya pasar baru di sejumlah negara yang cukup bagus, seperti Korea Selatan, India, China, dan Timur Tengah, ditengah kondisi Erop dan Amerika Serikat sebgai pasar tradisional Indonesia selama ini yang mengalami kelesuan akibat masa pemulihan krisis di benua tersebut.
“Selain itu, adanya pergesaran karakteristik buyer yang lebih memilih barang-barang kerajinan buatan industri menengah atau besar dibandingkan industri rumahan atau home industri, dengn harga yang lebih tinggi, sehingga secara nilai naik meskipun secara jumlah atau produktifitas menurun,” tuturnya.
Menurutnya karakter buyer saat ini lebih memilih barang-barang hasil karya industri menengah, meskipun harga jualnya lebih tinggi dibandingkan home industri.
“Dan kondisi ini bakal menjadi sebuah permasalahan baru tersendiri, mengingat saat ini masih banyak pengrajin-pengrajin yang masih berskala home industri, sehingga dikuatirkan akan semakin tertekan, seperti misalnya pengrajin di Jepara yang masih banyak berskala home industri,” tuturnya.
Pihaknya mengaku satu sisi merasa senang nilai ekspor mengalami peningkatan, namun dilain pihak harus mempersiapkan pengrajin yang masih bergerak pada skala home industri tersebut untuk tetap mampu bersaing dengan industri menengah, mengingat adanya pergeseran karakteristik buyer tersebut.
“Saat ini buyer lebih suka membeli barang-barang hasil produsen atau perushaan yang sudah matang, baik secara pengelolaan atau manajemen, kondisi pabrik yang bagus, serta kualitas yang bagus. Sementara pengrajin home industri masih memiliki kelemahan dalam beberapa hal tersebut,” tuturnya.
Namun demikian, pihaknya saat ini sudah dan sedang menyiapkan berbagai macam pelatihan–pelatihan bagi pengrajin home industri agar wawasannya semakin terbuka dan tidak terjebak dalam skala home industri sehingga bisa naik kelas.
“Kelemahan pengrajin home industri saat ini adalah masih banyak yang belum open minded bahwa aktivitas ekpor itu selain membuat barang yang berkualitas juga membutuhkan pengetahuan yang luas guna meningkatkan daya saing,” tuturnya.
Pihaknya mengharapakan dengan adanya pelatihan-pelatihan untuk peningkatan kapasitas kemampuan pengrajin-pengrajin home industri itu, dapat membuka pengetahuan sekaligus mendongkrak realisasi ekspor hingga akhir tahun ini yang ditarget US$2 miliar atau tumbuh 10% dibandingkan realisasi 2012. (dot)
EKSPOR MEBEL: Penjualan Furniture Ke Negara Asing Naik US$450 juta
BISNIS.COM, SEMARANG -– Realisasi ekspor furnitur Indonesia ke sejumlah negara asing di dunia sepanjang triwulan I/2013 mencapai sekitar US$450 juta atau mengalami kenaikan sekitar 4% dibandingkan periode sama tahun lalu, akibat didorong makin
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Puput Ady Sukarno
Editor : Endot Brilliantono
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
31 detik yang lalu
Jelang Nataru, Potensi Ekonomi Turis Lokal Tembus Rp117,3 T
40 menit yang lalu