BISNIS.COM, JAKARTA -- Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memperkirakan pasar minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) akan membaik menjelang Ramadhan. Hal ini dipengaruhi peningkatan permintaan beberapa negara.
Direktur Eksekutif Gapki Fadhil Hasan mengatakan stok CPO Indonesia dan Malaysia diperkirakan akan menjadi andalan karena produksi yang menurun. Diharapkan prediksi tersebut bisa mendongkrak harga CPO di pasar dunia.
“Kami berharap pasar akan lebih bergairah pada Juni dan Juli. Harga CPO pada akhir Mei dan Juni masih akan bergerak di kisaran harga US$830-US$870 per metrik ton. Adapun, harga CPO Rotterdam diperkirakan sekitar US$842 per metrik ton dengan HPE [Harga Patokan Ekspor] sekitar US$770 dan bea keluar 9%,” kata Fadhil dalam keterangan pers yang diterima Bisnis, Selasa (28/5/2013).
Prediksi ini diharapkan bisa mengkompensasi pasar ekspor CPO yang mengalami penurunan sejak awal tahun ini. Ekspor CPO dan turunannya pada April sebesar 1,49 juta ton terus mengalami penurunan sejak Januari, yaitu dari 2,05 juta ton (Januari) menjadi 1,92 juta ton (Februari) dan 1,7 juta ton (Maret).
Fadhil menambahkan penurunan ini dipengaruhi oleh penurunan produksi, permintaan pasar dunia yang lemah sebagai akibat krisis ekonomi Eropa dan belum pulihnya pertumbuhan ekonomi AS yang berdampak pada perekonomian China dan Pakistan.
Selain itu, lanjutnya, hambatan perdagangan terhadap minyak sawit seperti pengetatan regulasi impor minyak nabati di China dan isu minyak sawit yang tidak ramah lingkungan khususnya di Uni Eropa, serta pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat turut berkontribusi.
Fakta ini juga diperparah dengan turunnya harga CPO dunia. Harga CPO pada April hingga pertengahan Mei 2013 berkisar US$825-US$857,5 per metrik ton. Kisaran harga ini lebih rendah dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya, yakni US$835-US$870 (Maret), US$835-US$885 (Februari) dan US$810-US$885 (Januari).