BISNIS.COM, BOGOR-Topik investasi dan bisnis bunga Indonesia menjadi salah satu bahasan menarik dalam Festival Bunga dan Buah Nusantara (FBBN) yang digelar atas kerja sama IPB, Kementerian Pertanian, dan Kementerian BUMN di Kampus IPB di Baranangsiang.
Ragam informasi berharga datang dari para pelaku bisnis bunga. Seperti yang dikatakan Hesti Widayani dari Asosiasi Pebisnis Bunga Indonesia (Asbindo) bahwa Indonesia memiliki potesi dan peluang sangat besar dalam pengembangan bisnis bunga (florikultur).
“Plasma nutfah kita sangat luar biasa untuk diolah menjadi peluang bisnis di florikultur ini, “ kata Hesti dalam siaran pers IPB, Senin (20/5/2013). Tak hanya kekayaan plasma nutfah, mekarnya bisnis bunga Indonesia juga ditopang agroklimat Indonesia yang kondusif, letak geografis strategis, banyaknya tenaga kerja usia produktif, serta permintaan terus meningkat.
“Selain itu, ada faktor budaya yang lekat dengan kita dalam penggunaan bunga ini. Mulai dari kelahiran bayi, ulang tahun, menikah, hingga urusan mati pun membutuhkan bunga, “ ungkapnya yang disambut tawa hadirin yang hadir dalam Focus Group Discussion tersebut.
Hal senada disampaikan oleh Direktur Budidaya dan Pascapanen Florikultura, Kementerian Pertanian Ani Andayani bahwa perkembangan bisnis florikultur Indonesia cenderung meningkat.
“Pada 2012 kita ada kenaikan sebesar 19%, “ tandasnya. Menariknya, menurut alumnus IPB ini meskipun volume ekspor masih kecil, namun nilai ekspornya sudah besar. “Ini berarti, eksportir kita sudah pintar dalam berbisnis bunga ini, “ jelasnya.
Pengakuan yang disampaikan oleh salah satu pebisnis bunga cukup mencengangkan. “Untuk krisan, per hektar lahan kita bisa peroleh Rp1 miliar per tahunnya. Saya yakin krisan yang paling menguntungkan untuk bisnis bunga,“ tandasnya.
Pernyataan ini mengundang saran dari Ani Andayani agar pebisnis bunga tidak terjebak pada satu komoditas saja, agar ketika trend konsumen berubah ke jenis bunga lain, pebisnis tidak akan kelimpungan. (mfm)