Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KETAHANAN PANGAN: Jabar Galakkan Pemanfaatan Halaman Rumah Jadi Kebun

BISNIS.COM, BANDUNG--Jawa Barat mengoptimalkan program ketahanan pangan dengan menerapkan urban farming melalui pemanfaatan lahan pekarangan rumah untuk ditanami komoditas pangan.

BISNIS.COM, BANDUNG--Jawa Barat mengoptimalkan program ketahanan pangan dengan menerapkan urban farming melalui pemanfaatan lahan pekarangan rumah untuk ditanami komoditas pangan.

Kepala Sub Bidang Konsumsi dan Penganekaragaman Pangan pada Badan Ketahanan Pangan (BKP) Jawa Barat Hera Susanti mengajak masyarakat menggalakkan program percepatan penganekaragaman konsumsi pangan.

Saat ini, pihaknya tengah menggalakkan pemanfaatan perkarangan dengan konsep kawasan rumah pangan lestari. Dengan konsep itu, katanya, pola konsumsi masyarakat akan beragam karena komoditas seperti sayur, cabai tersedia di halaman rumah.

“Tujuannya memenuhi gizi keluarga, mengembangkan ekonomi keluarga, dan membantu ibu-ibu mendapatkan bahan pangan. minimalnya tidak perlu beli,” katanya, Selasa (16/4/2013).

Dia menjelaskan program ini disediakan bantuan sosial sebesar Rp47 juta per kelompok dengan rincian Rp30 juta untuk pekarangan rumah, Rp12 juta untuk pembuatan kebun bibit, Rp3 juta untuk kebun sekolah, serta Rp2 juta untuk pemenuhan menu.

“Setiap kelompok minimal 30 orang yang rumahnya berada berdekatan dan satu kawasan, serta tak menjadi penerima bansos lainnya pada tahun yang sama,” jelasnya.

Sementara itu, Pemerintah Kota Bandung menggnjot program urban farming atau pertanian dengan mengoptimalisasikan lahan perkarangan rumah untuk tanaman pangan.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Disperta) Kota Bandung Dady Mulyana mengatakan dalam sosialisai ini diharapkan masyarakat Kota Bandung dapat menanam secara mandiri menciptakan produksi pangan, supaya dapat membantu memenuhi tingkat konsumsi.

“Minimal dengan menanam satu pohon cabai atau tomat dengan media polibag atau pot, masyarkat dapat membantu memenuhi kebutuhan konsumsi,” ujarnya.

Dia menilai daya beli masyarakat kota Bandung sangat kurang dan karakter masyarakat yang konsumtif, membuat pihaknya melakukan kerja sama dengan Dinas Ketahanan Pangan Kota Bandung membentuk program tersebut.

Pasokan kebutuhan ketahanan produksi pangan Kota Bandung baru bisa memenuhi sekiatr 3%, dan 97% produksi disuplay dari daerah luar Kota Bandung.

“Produksi pangan Kota Bandung hanya bisa memenuhi sekitar 3% dari 100% hasil produksi, sisanya dipasok dari luar, sehingga program ini diciptakan dapat membantu meningkatkan produksi” katanya.

Menurutnya, jika dalam satu rumah bisa memanfaakan perkaranganya dengan menanam satu pohon komodiatas yang bisa memproduksi sekitar 1 kg—2kg, kemudian dikoordinasikan dalam satu kelurahan sekitar 400 kepala keluarga (KK), bisa meningakat menjadi 400kg—800kg produksi untuk satu komoditas.

Selain untuk membantu memenuhi kebutuhan konsumsinya, pihaknya mendorong masyarakat supaya mandiri dan menciptakan peluang bisnis yang menguntungkan besar dari hal yang kecil.

“Tidak menutup kemungkinan dari program ini membuat masyarakat mandiri menciptakan peluang bisnis yang bisa menguntungkan setelah memenuhi kebutuhannya,” katanya.

Di tempat lain, Entang Sastraatmadja selaku Ketua Himpunan Kelompok Tani Indonesia (HKTI) Jabar mengatakan dukungannya program Pemkot Bandung dalam upaya untuk meningkatkan pertanian di perkotaan.

Dengan optilmalisasikan lahan pekarangan rumah pada konsep dasarnya P2KP, diharapkan tujuan undang-undang pangan yang baru tentang pembangunan katahanan pangan sampai pada tingkat perorangan dapat diimplementasikan.

“Diharapkan UU No 18 tahun 2012 tentang pangan yang baru yang ujungnya sudah sampai

Wakil Wali Kota Bandung Ayi Vivananda mengaku sudah memanfaatkan perkarangan rumahnya dengan menamam cabai sekitar 500 polibag sejak 2005, dan bisa mendapatkan keuntungan sekitar Rp25 juta.

“Manfaat urban farming tersebut ingin saya tularkan kepada kepada masyarakat, setidaknya bisa membantu memenuhi kebutuhannya, dan jika produksinya sudah berlebih bisa dijual untuk mengambil keuntungan,” katanya kepada Bisnis, Senin (16/4).

Dia menilai program tersebut sangat membantu masyarakat, di samping dapat membantu memenuhi kebutuhan juga bisa membuka peluang usaha.

Dengan membangun kelompok urban farming dalam satu wilayah dapat menghasilkan bisnis yang cukup menguntungkan.

Menurutnya, jika satu rumah tangga dapat memanfaakan pekarangannya dengan menanam salah satu jenis komoditas sekitar 10 buah polibag, kemudian setiap rukun warga (RW) terdapat 400 rumah dan satu pohon komoditas tersebut menghasilkan produksi 1 kg , produksi yang dihasilkan bisa mencapai 4 ton.

“Kami berusaha mendorong masyarakat untuk membangun kelompok tani supaya bisa mengoptimalkan lahan tersebut.”

Pada perkembangan lain, pada tahun ini Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan akan menggenjot diversifikasi pangan sebagai upaya ketahanan di wilayahnya.

Kepala BKP3 Kabupaten Bandung Dadang Hermawan mengatakan meski Kabupaten Bandung termasuk wilayah lumbung padi tetapi diversifikasi pangan harus dilakukan karena banyaknya alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman.

“Dari sisi tantangan, Kabupaten Bandung masih disebut kabupaten yang tahan pangan dan masih masuk zona hijau oleh pemerintah pusat,” kata Dadang.

Menurut Dadang, diversifikasi pangan akan diberlakukan di wilayah terpencil, lahan kering, serta pemukiman padat pendudukan.

Diversifikasi pangan itu berupa tanaman umbi-umbian a.l ubi jalar, talas, kentang, kedelai, serta yang lainnya.

“Kami juga akan mendirikan rumah pangan lestari di setiap kecamatan untuk penyediaan benih dan lumbung pangan,” ujar Dadang.

Berdasarkan catatan, produksi diversifikasi pangan seperti kedelai masih rendah yang rerata kedelai berkisar 1 ton/ha dengan luas area 177 ha.

Rerata-hasil kacang tanah 1,4 ton/ha dengan areal tanam 1.545 ha, rerata hasil ubi jalar 12,9 ton/ha dengan luas area 2.140 ha, dan rerata hasil ubi kayu 18,7 ton/ha dengan luas area 6.381 ha.(k28/k29/k32)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Anne Rufaidah
Editor : Yoseph Pencawan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper