BISNIS.COM, JAKARTA--Produsen alat kelistrikan, Schneider Electric Indonesia, menargetkan rerata pertumbuhan penjualan di atas 30% dalam beberapa tahun mendatang, menyusul kebutuhan listrik yang semakin tinggi di Indonesia.
"Pertumbuhan penjualan kita selalu berada di atas pasar. Rata-ratanya, omzet kita bisa naik dua kali lipat dalam 3 tahun," ujar Country President Schneider Electric Indonesia, Riyanto Mashan dalam Pers Confrence Kompetisi Go Green in the City, Selasa (16/4), di Jakarta.
Penjualan di Indonesia, lanjut dia, masih didominasi oleh produk electrical distribution sebesar 80%. Adapun produksi Schneider dialokasikan 60% untuk domestik dan 40% ekspor.
"Tahun ini, kami akan fokus untuk menggarap pasar retail karena porsinya masih kecil, hanya kurang dari 20% total penjualan. Kita optimistis bisa naik karena kesadaran konsumen akan listrik aman di rumah-rumah sudah meningkat," jelasnya.
Untuk menggenjot penjualan retail, pihaknya berkomitmen untuk mengoptimalkan 4.000 toko penyalur produk kelistrikan di Indonesia. Selain itu, Schneider juga melakukan edukasi ke masyarakat tentang penghematan dan keamanan listrik di rumah.
Pasar Indonesia merupakan pasar yang penting bagi Schneider yang sudah berinvestasi sejak 40 tahun lalu. Pasalnya, penjualan di Indonesia menjadi penjualan tertinggi di negara-negara Asean lain.
"Penjualan global 2012 mencapai 20 miliar euro atau sekitar Rp300 triliun. Penjualan terbesar masih disumbang oleh Amerika Serikat dan China, sementara Indonesia berada diperingkat 18," jelas Riyanto. "Dalam 3 tahun ke depan, saya optimistis penjualan kita akan naik ke peringkat 15 besar."
Untuk merealisasikan target tersebut, perusahaan yang memiliki 4.500 karyawan ini telah melakukan investasi sebesar Rp1 triliun sejak 2010 kemarin dengan membangun beberapa pabrik dan penambahan kapasitas pabrik lama.
“Saat ini yang sedang dalam proses adalah penyelesaian membangun pabrik baru untuk trafo di Cibitung, yang akan diharapkan September ini selesai,” paparnya. Investasi yang dikeluarkan untuk membangun pabrik travo ini sekitar Rp300 miliar-Rp400 miliar. (if)