BISNIS.COM, JAKARTA--PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) melakukan peletakan batu pertama proyek pabrik pengemasan atau packing plant di Kawasan Industri Karingau, Balikpapan. Hal itu dilakukan untuk memperkuat penetrasi pasar di Kalimantan.
”Sesuai dengan strategi pemasaran kami agar lebih dekat ke konsumen, packing plant Balikpapan diharapkan bisa memenuhi kebutuhan semen di Kalimantan, khususnya di Balikpapan dan kota-kota di sekitarnya,” ujar Direktur Utama Semen Indonesia Dwi Soetjipto, Sabtu (16/3/2013).
Packing plant Balikpapan tersebut memiliki dermaga yang bisa disandari kapal dengan kapal berbobot mati 10.000 ton dan silo (tempat penyimpanan semen) berkapasitas 2 x 6.000 ton. Rotary packer berkapasitas 2.200 kemasan per jam atau 110 ton per jam. Adapun untuk kapasitas semen curah sebesar 120 ton per jam.
Selain itu, packing plant tersebut juga dilengkapi dengan lahan terbuka hijau (green belt) sebesar 40 persen dari luasan wilayah. ”Penyediaan lahan terbuka hijau adalah bukti dari komitmen perseroan untuk mewujudkan green industry,” ujarnya.
Diperkirakan pada kuartal IV-2014 mendatang packing plant yang berada di Balikpapan bisa beroperasi sehingga mampu memenuhi peningkatan kebutuhan pasar di wilayah Kalimantan Timur.
Dwi menjelaskan, kehadiran packing plant tersebut diyakini akan semakin memacu gerak perekonomian Balikpapan yang selama ini sudah dikenal sebagai salah satu pusat pertumbuhan ekonomi di Kalimantan.
Penyerapan tenaga kerja di packing plant Balikpapan mencapai 400 orang saat pengerjaan proyek dan 40 orang pascaproyek. Perseroan akan mengoptimalkan sumberdaya manusia (SDM) lokal dengan harapan bisa meningkatkan kesejahteraan sosial-ekonomi warga.
Selain dalam bentuk penyerapan tenaga kerja, kontribusi ekonomi packing plant diwujudkan dalam bentuk pembayaran pajak dan retribusi daerah.
”Kehadiran packing plant juga menimbulkan multiplier effect seperti tumbuhnya sektor ekonomi penunjang, seperti sektor makanan dan minuman, properti, serta transportasi,” kata dia.
Pasar semen di Kalimantan dinilai sangat prospektif. Pada 2012, penjualan semen di pulau tersebut mencapai 4,07 juta ton, tumbuh 21,3% dibanding 2011 sebesar 3,36 juta ton.
Adapun pada satu bulan pertama 2013 (Januari), penjualan semen di Kalimantan sudah menembus angka 349.559 ton, meningkat 19,1% dibanding Januari 2012 sebesar 293.575 ton. Pertumbuhan permintaan di Kalimantan termasuk yang tertinggi di Indonesia.
Dwi meyakini pertumbuhan permintaan semen di Kalimantan akan semakin tumbuh lebih tinggi, antara lain, dengan program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
Dalam program MP3EI, di Kalimantan akan dibangun jalan sepanjang 735 kilometer dengan investasi Rp18 triliun. Secara nasional, MP3EI memprogramkan pembangunan jalan sepanjang 5.940 kilometer dengan investasi Rp 744 triliun.
Kehadiran proyek-proyek infrastruktur jalan itu membutuhkan pasokan semen yang tak sedikit. Kehadiran infrastruktur jalan juga akan menjadi pemantik bagi berkembangnya sektor lain, seperti properti baik residensial maupun komersial yang sangat membutuhkan semen.
”Karena itulah, kami mengantisipasi lonjakan permintaan dengan memperbanyak packing plant agar bisa lebih dekat dengaan konsumen. Packing plant juga akan berdampak pada peningkatan pangsa pasar di daerah tujuan pemasaran kami,” jelasnya.
Kehadiran packing plant juga sebagai bentuk strategi perseroan untuk merespons kompetisi industri semen yang semakin ketat, apalagi sejumlah investor asing juga bersiap masuk ke Kalimantan. Packing plant diyakini akan membuat daya saing produk Semen Indonesia semakin kuat.
Dwi menuturkan, packing plant didirikan di tempat-tempat target pasar Semen Indonesia untuk meningkatkan efisiensi terutama dalam hal biaya transportasi dan distribusi semen. Biaya transportasi dan distribusi selama ini menjadi variabel yang cukup memengaruhi struktur biaya.
”Dengan kehadiran packing plant, kami bisa melakukan efisiensi, yang nantinya berdampak pada terbentuknya harga semen yang affordable bagi pasar,” papar Dwi.
Hingga saat ini, perseroan sudah mempunyai 15 packing plant yang sudah beroperasi antara lain di Aceh, Dumai, Batam, Teluk Bayur (Padang), Tanjung Priok (DKI Jakarta), Tuban, Celukn Bawang (Bali), Banjarmasin I, Samarinda, Ambon, Tonasa, Ciwandan 1 (Banten), Ciwandan 2 (Banten), Banyuwangi, dan Sorong.
Perseroan kini juga sedang mengerjakan packing plant yang sedang tahap konstruksi di Banjarmasin (target beroperasi November 2013), Kendari (target beroperasi Oktober 2013), Lampung (target beroperasi Desember 2013), dan Balikpapan (target beroperasi September 2014).
”Kami juga tengah melakukan kajian untuk membangun packing plant di Pontianak, Lombok, Bali, Sumater Utara, Bitung, Maluku, dan satu lagi di Balikpapan ke depannya,” paparnya.
Dukungan pemasaran Semen Indonesia juga ditopang oleh delapan pelabuhan khusus di Padang, Tuban, Gresik, Biringkassi, Dumai, Ciwandan, Banyuwangi, dan Sorong. Perseroan mempunyai jaringan gudang dan 361 distributor yang tersebar di seluruh Indonesia.
Dia menambahkan, dengan strategi pemasaran dan ekspansi terukur yang dilakukan perseroan berhasil mengukuhkan posisi perseroan sebagai market leader di industri semen nasional. Sepanjang 2012, perseroan berhasil menjual 22,5 juta ton semen, meningkat 14,7% dibanding capaian 2011 sebesar 19,6 juta ton.
Pertumbuhan penjualan Semen Indonesia yang mencapai 14,7 persen berhasil melampaui rata-rata pertumbuhan penjualan semen secara nasional yang hanya 14,5%.
Hingga akhir 2010, kapasitas terpasang riil Perseroan sebesar 19,0 juta ton semen pertahun, dan menguasai sekitar 43% pangsa pasar semen domestik.
Proyeksi kapasitas terpasang Perseroan pada tahun 2013 mencapai 28,3 juta ton semen pertahun dan menguasai sekitar 44.4% pangsa pasar semen domestik.(28/yop)