BISNIS.COM, JAKARTA--Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) mengusulkan tender terbuka dengan memberikan prioritas kepada PT Pertamina (Persero) untuk pengelolaan areal yang belum dikembangkan di Blok Mahakam.
Ketua Umum IAGI Rovicky Dwi Putrohari mengatakan tender secara terbuka untuk Blok Mahakam itu dapat mengoptimalkan investasi pengelolaan blok minyak dan gas bumi (migas) itu. Mekanisme tender terbuka itu juga dapat memastikan komitmen eksplorasi migas di wilayah itu.
“Right to match kepada Pertamina dan Total artinya kedua perusahaan itu mendapatkan prioritas untuk mendapatkan Blok Mahakam. Sedangkan untuk meningkatkan kapasitas nasional, para peserta tender diutamakan dalam bentuk konsorsium yang 30% anggotanya perusahaan migas nasional,” katanya melalui siaran pers di Jakarta, Kamis (28/2).
Rovicky mengungkapkan Blok Mahakam harus dibagi menjadi dua bagian, yakni area yang telah berproduksi dan area yang belum dikembangkan. Pemisahan lokasi itu untuk meminimalkan risiko pengelolaan blok itu, serta untuk efisiensi dalam pengelolaannya.
Menurutnya, Pertamina sebagai perusahaan milik negara harus diberikan prioritas untuk mengelola area yang sudah berproduksi di Blok Mahakam. Untuk itu, Pertamina harus melakukan strategi bisnis dan investasi untuk pengendalian risiko, seperti dengan membentuk konsorsium dan bermitra dengan Total yang telah berpengalaman mengelola blok itu.
Selain itu, kontrak pengusahaan migas kedepannya juga harus mencantumkan pemanfaatan energi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sesuai dengan harga keekonomiannya. Pasalnya, dalam 20 tahun mendatang diperkirakan pertumbuhan kebutuhan energi dalam negeri akan melonjak tiga kali lipat dibandingkan dengan saat ini.
Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan mengatakan kepastian investasi perseroan di Blok Mahakam masih harus menunggu kepastian investasi lain perusahaan pelat merah itu. Apalagi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga telah meminta agar Pertamina tidak hanya fokus mengembangkan usahanya di dalam negeri, tetapi juga mulai melakukan ekspansi ke luar negeri.
Untuk itu, Pertamina akan berupaya mengembangkan infrastruktur, seperti pembangunan kilang, pipa, dan Floating Storage Regasification Unit (FSRU). “Portofolio akan kami bagi, kalaupun saat ini kami akan coba dulu berapanya, nanti kalau kami sudah mampu, pasti SKK Migas akan memberikan penilaian ke Pertamina,” katanya.
Karen juga menegaskan rencana investasi Pertamina di Blok Mahakam tidak akan mengganggu rencana investasi Pertamina lainnya.
Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Kementerian ESDM Naryanto Wagimin mengatakan Indonesia memiliki sumber daya manusia yang kompeten mengelola Blok Mahakam. Sedangkan persoalan teknologi, hal itu dapat didatangkan dari luar negeri dan dikendalikan oleh pekerja yang telah mendapatkan pelatihan.
“Persoalan teknologi kan dapat dibeli. Sumber daya manusia sebenarnya mampu mengelola Blok Mahakam, dan akan sangat wajar jika nantinya kami membela perusahaan plat merah,” ungkapnya.
Persoalan Blok Mahakam menurutnya, tidak hanya persoalan siapa yang nantinya mengoperatorinya. Pasalnya, ada cadangan yang cukup besar di wilayah yang saat ini dikerjakan Total E&P Indonesie itu, sehingga pemerintah merasa perlu membagi risiko dalam pengelolaannya.
Pihak asing sendiri menurutnya masih sangat diperlukan dalam kegiatan pengelolaan blok migas di dalam negeri. Karena perusahaan asing telah memiliki modal dan teknologi yang cukup, sehingga proses eksplorasi dan eksploitasi dapat segera dikerjakan.