Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

INDUSTRI KREATIF: Terjadi eksodus besar-besaran ke Singapura

MALANG-Pekerja kreatif Indonesia --di antaranya arsitek, designer, dan terutama profesi di bidang teknologi informasi (TI--) eksodus besar-besaran antara lain ke Singapura dan Malaysia. "Ini jadi tantangan serius bagi ekonomi kreatif Indonesia," kata

MALANG-Pekerja kreatif Indonesia --di antaranya arsitek, designer, dan terutama profesi di bidang teknologi informasi (TI--) eksodus besar-besaran antara lain ke Singapura dan Malaysia.

"Ini jadi tantangan serius bagi ekonomi kreatif Indonesia," kata Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) Sapta Nirwandar di Malang, hari ini (24/2/2013).

"Alasan utama eksodus disebabkan iklim usaha, akses pasar, dan income [di Singapura dan Malaysia] lebih bagus," kata Sapta dalam materinya di seminar nasional Entrepreneurial Spirit (Espriex) 2013 bertema Creative Business for Shaping the Future of ASEAN di Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) Universitas Brawijaya (UB) Malang.

Tantangan lain yang dihadapi adalah keberadaan kantor perwakilan perusahaan kreatif multinasional yang selalu menempatkan Indonesia di prioritas kesekian setelah Singapura, Thailand, dan Malaysia. Penyebabnya  iklim usaha menjadi alasan utama.

Selain itu resale produk kreatif Indonesia tanpa kemasan dan brand banyak dicari pedagang Malaysia dan Singapura untuk dijual kembali dengan kemasan dan brand mereka.

"Kurangnya kemampuan kewirausahaan menjadi penyebab utama. Selain itu nilai tambah yang dinikmati Indonesia menjadi lebih sedikit," jelas dia.

Tidak hanya itu tantangan lainnya adalah event kreatif internasional yang diakui menjadi baromater masih didominasi oleh negara Asean lainnya seperti Creativities Unfold TCDC Bangkok (desain), Chingay Singapore (seni pertunjukan), International Furniture Fair Singapore, dll.

Dalam hal iklim usaha atau iklim bisnis Indonesia juga kalah dengan Singapura, Malaysia, dan Thailand. Ranking tingkat inovasi Indonesia misalnya berada di bawah Singapura, dan Malaysia, sedangkan ranking indeks daya saing Indonesia berada di urutan 5 di bawah Singapura, Malaysia, Brunei, dan Thailand.

Untuk ranking indeks kemudahan berbisnis Indonesia di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand. Sementara ranking indeks ekonomi digital di bawah Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam.

Karena itu agar bisa bersaing dengan harapan bisa menjadi nomor satu di Asean pada 2020 harus menghasilkan lulusan sarjana yang berdaya saing tinggi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta menghasilkan produk penelitian dan karya ilmiah yang bermanfaat untuk kesejahteraan masyarakat.   

Pengusaha yang juga mantan Menteri Perikanan dan Kelautan maupun Gubernur Gorontalo Fadel Muhammad mengatakan kreativitas adalah sumber daya yang terbarukan dan tak akan habis.

"Kreativitas adalah resources yang belum banyak disentuh oleh negara. Padahal mempunyai daya untuk meningkatkan kemakmuran dan menciptakan tatanan masyarakat yang lebih adil dan merata," ujar dia.(Foto:Bisnis Indonesia) (msb)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Martin Sihombing
Editor : Others
Sumber : Mohammad Sofi`i
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper