JAKARTA--PT Melu Bangun Wiweka mengklaim mampu memproduksi moda transportasi berbasis rel tunggal atau monorail yang diklaim hanya butuh Rp150 miliar per kilometer dengan tarif Rp7.000-Rp12.000 per penumpang.
Presiden Director PT Melu Bangun Wiweka Kusnan Nuryadi mengatakan pihaknya sudah mampu memproduksi prototipe monorail dengan komponen lokal mencapai 80%.
"Prototipe monorail buatan kami ini masih memerlukan review dan pengujian yang selanjutnya akan dilepas ke pasar. Penggunaan monorail dalam negeri akan menimbulkan efek multiplier disiplin dan sektoral yang berujung pada potensi sumber devisa," kata Kusnan saat menerima kunjungan Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono, di workshop monorail, Cibitung, Jawa Barat, Senin (11/2/2013).
Dalam kunjungannya, Wamenhub juga didampingi Wakil Menteri Perindustrian Alex SW. Retraubun, Dirjen Perkeretaapian Kemenhub Tundjung Inderawan, Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Marzan A. Iskandar, Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Danang Parikesit, pengamat transportasi dari Instrans Darmaningtyas, dan Ketua Forum Perkeretaapian MTI Djoko Setijowarno.
Kusnan menjelaskan monorail yang diproduksinya lebih efisien karena hanya menelan dana investasi Rp75 miliar-Rp150 miliar per kilometer (km). Bandingkan dengan proyek Jakarta Monorail Rp220 miliar/km, proyek monorail di dunia Rp200 miliar/km, proyek Mass Rapit Transit (MRT) dengan sistem subway Rp1 triliun/km.
"Dengan biaya investasi Rp150 miliar/km, kami bisa perkirakan harga tiiket Rp7.000-Rp12.000 per penumpang per rute, sehingga kembali modal hanya dalam 8 tahun dengan margin keuntungan sekitar 15%. Kami benchmarknya monorail buatan Hitachi yang mampu menampung 125 orang/gerbong," kata Kusnan.
Dia menjelaskan dana Rp150 miliar per km ini termasuk biaya untuk pengadaan track (rel) dan persinyalan. Biaya track atau infrastruktur sendiri diperkirakan 65% dari total biaya atau Rp97,5 miliar per km.
"Kami ingin membuat monorail seukuran bus, lebih panjang akan lebih efisien, kalau lebih lebar, lebih mahal. Monorail yang efektif itu terdiri dari enam gerbong yang mampu mengangkut 768 orang sekali jalan," kata Kusnan.
Monorail yang dijadikan prototipe sudah selesai, tindakan selanjutnya, imbuh Kusnan, adalah tes track (uji di rel). Yakni untuk menguji belokan, tanjakan, turunan, dan dibutuhkan rel sepanjang 2 km di tanah datar.
"Di sini hanya untuk pengembangan, karena lahan terbatas, produksi di Sentul/Cibinong. Masalah tes track, susah lahan karena butuh lahan minimal 600 meter lurus untuk tes kecepatan," tuturnya.
Ketua Umum MTI Danang Parikesit mengatakan monorail ini mampu menangkut 400.000-500.000 penumpang per hari dengan jarak antar monorail (headway) 3 menit sekali. Biaya pembangunan monorail produk Indonesia ini.
"Tarif yang ditawarkan momorail buatan PT MBW ini Rp400/km/penumpang. Kalau monorail dari konsorsium Adhi Karya Rp500/km/penumpang. Untuk itu MBW harus menjalin kerjasama perusahaan-perusahaan penunjang monorail, seperti operatornya," kata Danang.
Wamenhub Bambang Susantono juga mendorong PT MBW menjalin kerjasama dengan perusahaan-perusahaan penunjang operasional monorail mengingat semakin banyaknya permintaan pembangunan moda transportasi monorail di sejumlah kota di Indonesia.
"Kita menerima lebih dari dua proposal pembangunan monorel. Kita ingin monorel terintegrasi dengan angkutan lain, agar dapat menjawab kebutuhan transportasi publik," kata Bambang.
Kepala BPPT Marzan A. Iskandar mengatakan pihaknya akan membantu dari sisi test track dengan menyediakan lahan di Serpong. Track untuk tes akan dibangun pemerintah yang nantinya dapat digunakan untuk produk monorail lainnya.(fsi)
PROYEK MONOREL: Wiweka Berani Pasang Tarif Rp7.000-Rp12.000
JAKARTA--PT Melu Bangun Wiweka mengklaim mampu memproduksi moda transportasi berbasis rel tunggal atau monorail yang diklaim hanya butuh Rp150 miliar per kilometer dengan tarif Rp7.000-Rp12.000 per penumpang.Presiden Director PT Melu Bangun Wiweka Kusnan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Konten Premium