Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KELAPA SAWIT: Petani Diimbau Lakukan Peremajaan Pohon

MEDAN—Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) menghimbau petani kelapa sawit melakukan replanting tanaman sawit yang sudah berusia 25 tahun ke atas, sehingga mampu mendongkrak harga crude palm oil (CPO) di pasar global.

MEDAN—Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) menghimbau petani kelapa sawit melakukan replanting tanaman sawit yang sudah berusia 25 tahun ke atas, sehingga mampu mendongkrak harga crude palm oil (CPO) di pasar global.

Sekjen DPP Apkasindo Asmar Arsjad mengimbau para petani sawit mandiri agar tahun ini merealisasikan tanam ulang kelapa sawit yang sudah tua, sehingga mampu mengurangi pasok CPO di pasar internasional.

“Saat harga CPO rendah seperti sekarang ini, sangat tepat untuk melakukan tanam ulang [replanting]. Dengan melakukan tanam ulang maka pasok CPO akan menurun, sehingga harga bisa naik kembali,” ujarnya kepada Bisnis di Medan hari ini, Kamis (24/1/2013).

Menurut dia, saat in ada sekitar 1,3 juta hektare areal tanaman sawit rakyat yang sudah harus ditanam ulang. Persoalannya, kata dia, para petani masih mempertahankan tanaman kelapa sawit yang produktivitasnya sudah sangat rendah. Kalau tanaman sawit seperti ini dipelihara terus, lanjut dia, hasil yang diperoleh sudah tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan karena produktivitasnya rendah.

“Rata-rata produktivitas areal petani sawit saat ini hanya 10 ton-12 ton TBS [tandan buah segar] per hektare per tahun. Ini sudah sangat tidak menguntungkan,” tuturnya.

Selain membantu mengurangi pasok TBS, replanting dilakukan untuk mengganti bibit sawit yang lebih tinggi produktivitasnya. Saat ini, lanjut dia, sudah ada bibit sawit yang mampu menghasilkan produktivitas 35 ton TBS per hektare per tahun. “Petani harus melakukan pergantian tanaman dengan bibit yang lebih bagus,” tuturnya.

B. Nainggolan, seorang petani sawit di Kabupaten Labuhanbatu, Sumut mengakui saat ini memang waktu yang tepat untuk melakukan tanam ulang. Persoalannya, papar dia, petani tidak memiliki dana cukup untuk melakukan replanting, sedangkan program revitalisasi yang didukung pemerintah sama sekali tidak menyentuh rakyat kecil karena masalah status lahan yang tidak punya sertifikat.

“Petani tidak punya dana ukup untuk melakukan tanam ulang yang membutuhkan biaya antara Rp30 juta sampai Rp35 juta per hektare,” tuturnya.

Semestinya, lanjut Nainggolan, pemerintah membantu para petani dengan memanfaatkan dana bea keluar (BK) CPO dan produk turunannya yang sudah dipungut pemerintah untuk membantu petani melakukan tanaman ulang.

“Pemerintah semestinya hadir disaat petani sawit menderita seperti sekarang, bukan malah membiarkan berjuang sendiri karena pemerintah sudah lama memeras petani lewat BK CPO,” tuturnya. (sut)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis :
Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper