Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

ABMM: Serap Capex US$231 Juta per September

JAKARTA: Emiten energi terintegrasi PT ABM Investama Tbk telah menghabiskan belanja modal US$231 juta per September 2012, atau 92% dari total alokasi tahun ini untuk kinerja operasional di 5 lini bisnisnya.
 
Investor Relations ABM Erinto Pardede mengatakan total alokasi belanja modal (capital expenditure/capex) US$252 juta tahun ini, digunakan untuk investasi di bidang kontraktor pertambangan, infrastruktur, sewa listrik, logistik dan pabrikasi melalui 5 anak usahanya. 
 
“Sebagian besar untuk pembelian mesin dan alat di bisnis kontraktor, sekitar 40% dari capex yang sudah terserap itu,” ujarnya ketika dihubungi Bisnis Senin (5/11). 
 
Selain itu, dia menjelaskan alokasi belanja untuk bisnis penyewaan tenaga listrik mencapai 22% dan untuk lini bisnis logistik mencapai 23%. Sementara itu, 12% dialokasikan untuk bisnis tambang batu bara dan sisanya 3% untuk fabrikasi. 
 
Melalui anak usahanya Sewatama, perusahaan mencatat kapasitas terpasang pembangkit listrik per September 2012 naik menjadi 979 MW, dibandingkan 945 MW per akhir 2011. Di saat yang sama, lini bisnis pertambangan melalui anak usahanya Reswara berhasil meningkatkan volume produksi dan penjualan menjadi 3,04 juta ton pada kuartal ketiga 2012 dibandingkan 1,49 juta ton pada periode sama tahun lalu. 
 
Seiring dengan peningkatan kapasitas produksi tersebut, perseroan menargetkan penjualan batu bara sebanyak 4 juta ton pada 2012, naik dari realisasi 2,1 juta ton sepanjang tahun lalu. 
 
Erinto optimis target tersebut dapat tercapai seiring dengan penyelesaian infrastruktur di daerah tambang batu bara yang berlokasi di Aceh dan Kalimantan Selatan. Selain itu, permintaan batu bara juga diprediksi masih besar terutama ke negara-negara seperti India dan China. 
 
“Operasional kami lebih efisien karena untuk pengiriman ke India lebih dekat dari tambang yang di Aceh, dibandingkan tambang di Kalimantan,” ujarnya. 
 
Dia menjelaskan tambang ABM di Aceh memiliki cadangan hingga 169 juta ton, atau 76,5% dari total cadangan batu bara perusahaan yang mencapai 221 juta ton per September 2012. Di saat yang sama, total sumber daya batu bara perusahaan mencapai 561 juta di tambang yang berada di Aceh dan Kalimantan. 
 
Adapun kinerja 9 bulan pertama tahun ini menunjukkan pertumbuhan pendapatan meski ada penyusutan laba bersih akibat harga batu bara global yang tertekan. 
 
Pendapatan konsolidasi perseroan naik 27,03% menjadi US$655,34 juta sepanjang Januari-September 2012, dibandingkan US$515,9 juta pada periode sama tahun lalu. 
 
Segmen kontraktor pertambangan menjadi kontributor terbesar untuk pendapatan konsolidasi Perseroan yakni sebesar 40% dari total pendapatan. Porsi tersebut setara dengan US$ 263,25 juta, naik 17,04% dari US$ 224,92 juta pada periode yang sama tahun lalu. 
 
Di saat yang sama, segmen tambang batu bara menjadi  mencetak pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 86,5% menjadi US$136,31 juta dari posisi sebelumnya USD73,09 juta selama periode sama 2011. 
 
Sepanjang Januari-September 2012, laba usaha ABM sedikit naik 0,62% menjadi US$52,08 juta dibandingkan US$51,76 juta pada periode sama 2011. 
 
Namun, marjin usaha menyusut menjadi 7,95% dibanding 10,03%. Penyusutan itu diakibatkan oleh peningkatan 37,66% pada beban penjualan menjadi US$84,04 juta. Selain itu, harga komoditas batu bara global juga masih lemah. 
 
“Harga jual rata-rata kami saat ini sekitar US$43 per ton, mungkin akan tetap hingga akhir tahun ini,” katanya. 
 
Sejalan dengan hal itu, laba bersih yang diatribusikan kepada entitas pengendali merosot 42,89% menjadi US$19,08 juta per September 2012 dibandingkan US$33,41 juta per September 2011. Marjin laba juga menyempit menjadi 2,91% dari 6,48% akibat kenaikan beban keuangan. 
 
Berkaitan dengan penghematan biaya termasuk pengeluaran untuk pembayaran bunga, Erinto menuturkan perusahaan mengambil sejumlah langkah termasuk penerbitan obligasi senilai Rp800 miliar bulan lalu. Perusahaan ini juga tengah mencari alternatif pendanaan internal, dari perbankan, dan pasar modal untuk mendukung pertumbuhan. 
 
“Kami mencari sumber dana yang lebih murah, ada beberapa opsi untuk tahun depan tetapi belum dapat kami publikasikan sekarang,” ujarnya. 
 
Perusahaan akan terus berinvestasi pada semua lini bisnisnya sesuai dengan kebutuhan listrik domestik yang terus meningkat dengan tambahan kebutuhan 55GW hingga tahun 2020. ABM memperkirakan rata-rata pertumbuhan kebutuhan sebesar 10%, atau 6,8 GW per tahun. 
 
ABM memiliki 5 anak usaha dengan masing-masing lini bisnisnya yaitu PT Reswara Minergi Hartama di bidang pertambangan batu bara, PT Cipta Kridatama di bidang kontrak pertambangan, PT Sumberdaya Sewatama di bidang pembangkit listrik, PT Sanggar Sarana Baja di bidang jasa engineering, dan PT Cipta Krida Bahari di bidang logistik. (07/Bsi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : News Editor
Sumber : Hanum Kusuma Dewi

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper