Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BBM BERSUBSIDI: Butuh Rp12 Triliun untuk tambah kuota

JAKARTA:  Pemerintah membutuhkan anggaran Rp12 triliun untuk membiayai pengajuan tambahan 4 juta kiloliter kuota bahan bakar minyak  bersubsidi yang diajukan Kementerian ESDM untuk memenuhi konsumsi BBM nasional hingga akhir tahun. 

JAKARTA:  Pemerintah membutuhkan anggaran Rp12 triliun untuk membiayai pengajuan tambahan 4 juta kiloliter kuota bahan bakar minyak  bersubsidi yang diajukan Kementerian ESDM untuk memenuhi konsumsi BBM nasional hingga akhir tahun. 

Bambang P.S. Brodjonegoro, Plt. Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, mengatakan dengan asumsi 1 juta kiloliter senilai Rp3 triliun, jumlah anggaran yang dibutuhkan untuk mendanai 4 juta kiloliter tambahan kuota BBM bersubsidi mencapai Rp12 triliun. 

"Kira-kira Rp12 triliun kalau 1 juta Rp3 triliun," ujarnya di gedung DPR, Kamis (6/9/2012). 

Meski harus menanggung tambahan belanja subsidi BBM sebesar Rp12 triliun, Bambang menuturkan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2012 tidak akan melewati 2,3% dari produk domestik bruto. 

"Sudah tercover. Kita sudah menghitung outlook APBN dari segi kurs, ICP, dan volume. Yang penting, defisitnya tidak lewat 2,3%, bahkan dalam skenario terburuk," kata Bambang. 

Namun, Bambang mengakui, depresiasi rupiah yang saat ini menyentuh lebih dari Rp9.500/US$ dan realisasi harga minyak mentah Indonesia (ICP) Januari-Agustus 2012 US$114,7 per barel memberikan tekanan yang cukup besar terhadap APBN. 

"Lumayan dong beli minyaknya pakai dolar, minyaknya sendiri mengacu ke ICP. Jelas pengaruh, apalagi volumenya juga," ungkapnya. 

Akibatnya, pemerintah memproyeksikan belanja subsidi BBM mencapai Rp216,8 triliun sampai akhir tahun atau membengkak Rp79,4 triliun dari pagu APBN-P 2012. Untuk menutup pembengkakan tersebut, pemerintah berencana merealokasi anggaran kompensasi kenaikan harga BBM bersubsidi Rp30,6 triliun dan cadangan risiko energi Rp23 triliun. 

Selain berisiko menyebabkan pembengkakan belanja subsidi BBM, tambah Bambang, depresiasi kurs juga berdampak pada pagu pembayaran bunga utang. Namun, turunnya tingkat bunga membuat realisasi bunga utang lebih rendah dari yang dianggarkan. 

"Bunga utang kayaknya sih bisa lebih rendah, karena dari tahun ke tahun selalu lebih rendah. Mungkin kurs terganggu tapi tingkat bunganya menurun. Jadi ada penghematan," tandasnya. (msb)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Diena Lestari
Sumber : Ana Noviani

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper