JAKARTA: Laju pertumbuhan ekonomi 2013 yang ditargetkan pemerintah dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2013 sebesar 6,8% dinilai terlalu ambisius dalam situasi ekonomi global yang masih diliputi ketidakpastian.Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Ahmad Erani Yustika mengatakan perekonomian Indoensia pada 2013 masih akan dihantui oleh krisis ekonomi global. Di sisi internal, perekonomian Indonesia diperburuk oleh kapasitas birokrasi yang dinilai belum optimal."Pertumbuhan ekonomi 6,8% terlalu ambisius. Saya rasa tidak lebih dari 6,5%-6,6% dengan kondisi krisis global," ujarnya dalam diskusi tentang RAPBN Alternatif 2013 hari ini, Rabu (05/09/2012).Dalam waktu 5 tahun terakhir, kata Erani, kapasitas birokrasi terbukti tidak mampu menyelenggarakan pembangunan dengan optimal. Buktinya, pembangunan infrastruktur masih terseok-seok dengan anggaran belanja modal yang mencapai Rp168,5 triliun.Selain itu, tekanan krisis global terhadap kinerja perdagangan Indonesia juga diproyeksi masih cukup dalam, meskipun ada perbaikan dibandingkan tahun ini."Tidak mudah bagi kita membalik defisit neraca perdagangan dalam waktu yang pendek. Tapi kalau kondisi membaik, tahun depan bisa surplus di bawah US$5 miliar," ujarnya.Proyeksi kinerja ekspor yang masih lesu, lanjutnya, membuat perekonomian Indonesia pada 2013 sangat bergantung pada APBN, konsumsi rumah tangga, dan investasi untuk menggerakan laju pertumbuhan ekonomi. (sut)
PERTUMBUHAN EKONOMI 6,8% Dinilai Terlalu Ambisius
JAKARTA: Laju pertumbuhan ekonomi 2013 yang ditargetkan pemerintah dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2013 sebesar 6,8% dinilai terlalu ambisius dalam situasi ekonomi global yang masih diliputi ketidakpastian.Ekonom Institute
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Diena Lestari
Editor : Sutarno
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
1 jam yang lalu
Harga Baterai EV Tersandung Trump versus China Jilid II
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
31 menit yang lalu
Perbanas Respons Kebijakan Baru Retensi Devisa Hasil Ekspor 100%
58 menit yang lalu