Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PERTUMBUHAN EKONOMI: Pemerintah Pilih Target Konservatif

 

 

JAKARTA: Mencermati perkembangan ekonomi global, pemerintah enggan mematok target pertumbuhan ekonomi yang terlampau optimistis. Dari kisaran 6,8%-7,2% yang disepakati bersama DPR, tingkat 6,8% dianggap sebagai level dapat dicapai pada 2013. 
 
Wakil Menteri Keuangan Mahendra Siregar menuturkan gejolak ekonomi global, khususnya pelemahan Eropa diproyeksi akan terjadi dalam waktu yang panjang. Untuk itu, Indonesia perlu mempersiapkan langkah antisipatif agar tidak terjebak dalam gonjang-ganjing perkembangan ekonomi dunia. 
 
Hal tersebut diungkapkan Mahendra menanggapi langkah Bank Sentral Eropa (ECB) yang memutuskan untuk menjaga suku bunga acuannya tetap rendah di tingkat 0,75% dan suku bunga deposito tetap nol. Langkah ini ditempuh ECB untuk mengatasi krisis utang Eropa yang telah mengancam perekonomian Spanyol dan Italia dan kesatuan zona euro.
 
"Kita lihat dengan perkembangan itu mungkin lebih pas-nya 6,8% [target pertumbuhan ekonomi 2013]. Ini antisipasi yang pas daripada berharap-harap cemas mengenai perkembangan di tempat lain dan mematok angka yang terlalu tinggi, kemudian tidak ter-deliver," tuturnya hari ini, Jumat (3/8/2012).
 
Menurutnya, konsumsi dan investasi menjadi motor penggerak utama ekonomi Indonesia pada 2013. Pada 2013, pemerintah memproyeksikan konsumsi rumah tangga tumbuh pada kisaran 4,8%-5,2%, konsumsi pemerintah tumbuh 6,7%-7,1%, sedangkan investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto) tumbuh 11,9%-12,3%.
 
"Ditopang investasi dan konsumsi dalam negeri yang sangat kuat," ujarnya. 
 
Penurunan nilai ekspor, ditanggapi Mahendra sebagai konsekuensi pelemahan harga komoditas ekspor unggulan Indonesia. 
 
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit berturut-turut dalam 3 bulan terakhir. Pada April defisit ekspor-impor tercatat sebesar US$764,7 juta, Mei US$485,9 juta, dan Juni US$1,32 miliar. Dengan nilai kumulatif ekspor semester I (Januari-Jun) sebesar US$96,88 miliar, dan impor US$96,41 miliar. 
 
Plt. Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Bambang P.S. Brodjonegoro menungkapkan kemungkinan target ekspor US$200 miliar tahun ini tidak akan tercapai. Bahkan, defisit neraca perdagangan bulanan bisa terjadi hingga akhir tahun. 
 
"Kita mau apa, kita bukan negara yang bisa lepas dari krisis global. Sekali lagi, karena impornya tinggi berupa barang  modal dan barang baku. Itu masih positif kok nuansanya, kalau yang naik itu impor barang konsumsi itu baru kita warning," ujarnya.
 
Pada 2013, pemerintah memproyeksikan ekspor tumbuh pada kisaran 11,7%-12,1%, sedangkan impor 13,5%-13,9%. Adapun tahun ini ekspor diharapkan dapat tumbuh 9,9%. 
 
Menurutnya, pemerintah tetap waspada dan berharap neraca modal dan finansial dapat mengompensasi defisit neraca perdagangan, sehingga keseimbangan neraca pembayaran Indonesia (NPI) tidak terganggu. (sut) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Diena Lestari
Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper