JAKARTA: Pemerintah optimistis realisasi investasi sepanjang kuartal II/2012 masih positif, berkaca pada tingginya impor barang baku dan barang modal.Plt. Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro menuturkan tingginya importasi barang baku dan barang modal menunjukkan aktivitas di sektor manufaktur sebagai pendorong investasi."Kuartal II/2012 saya pikir masih bagus ya, kalau kita lihat impor barang baku/modal masih tinggi. Itu menunjukkan aktivitas di sektor manufaktur yang merupakan salah satu pendorong investasi masih berjalan," ujarnya di Kemenkeu, Selasa (24/7/2012).Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada kuartal I/2012 impor barang baku/penolong US$33,13 miliar atau 72,26% dari total impor menurut penggunaan barang. Sedangkan impor barang modal sebesar US$9,34 miliar atau 20,37%.Selain itu, pemerintah juga memproyeksi tingginya penerimaan pajak pertambahan nilai didorong tingginya konsumsi di sektor perdagangan retail."Kami juga melihat PPN kita lebih tinggi dari biasanya. Itu salah satunya karena sektor retailnya kuat dan kita juga melihat investasi di perdagangan terutama retail bagus," ujar Bambang.Pada kuartal I/2012, Badan Koordinasi Penanaman Modal melaporkan realisasi pembentukan modal asing langsung (PMA) sebesar Rp51,5 triliun dan pembentukan modal dalam negeri langsung (PMDN) Rp19,7 triliun. Realisasi ini tumbuh 32,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Adapun target investasi langsung yang ditetapkan BKPM tahun ini sebesar Rp283 triliun.Dalam APBN-P 2012, pemerintah menargetkan pertumbuhan investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) sebesar 9,9%. Laju pertumbuhan PMTB ini diharapkan berkontribusi sebesar 2,7% dari target pertumbuhan ekonomi 2012, yakni 6,5%.Ekonom Bank BCA David Sumual menilai Indonesia sedang menghadapi momentum pertumbuhan investasi. Pasalnya, di tengah turbulansi ekonomi global, tidak banyak negara yang menjanjikan pertumbuhan ekonomi 6% dengan permintaan domestik yang kuat, pasar yang besar, dan sumber daya alam."PMTB tahun ini cukup ok, tapi memang sektor ekstraktif favorit seperti pertambangan dan perkebunan sedikit turun karena melambatnya permintaan," katanya saat dihubungi Bisnis.
Menurutnya, sektor investasi unggulan sepanjang 2012 a.l. sektor berbasis konsumsi, transportasi, komunikasi, dan infrastruktur. Seiring realisasi investasi di sektor riil, arus modal jangka panjang juga cukup prospektif."Investasi tumbuh 10% masih bisa, tahun depan juga masih ada ruang untuk tumbuh," ujarnya.Investasi pemerintah, BUMN, swasta asing dan lokal diharapkan dapat menjadi mesin penggerak perekonomian di tengah perlambatan ekspor akibat penurunan permintaan global. (bas)