JAKARTA: Pemerintah akan kembali mendiskusikan kisaran target pertumbuhan ekonomi 2013 seiring meluasnya ketidakpastian ekonomi global akibat krisis utang Eropa dan perlambatan ekonomi negara-negara berkembang yang berujung pada koreksi proyeksi perekonomian global menjadi 3,9% pada tahun depan.Menteri Keuangan Agus D.W. Martowardojo mengungkapkan target pertumbuhan ekonomi 6,8%--7,2% pada 2013 disusun dengan proyeksi ada perbaikan kondisi di Eropa."Yang kemarin itu disusun dengan kondisi ada perubahan membaiknya perkembangan di Eropa dan itu kita tempatkan di antara 6,8%-7,2%," ujarnya usai rapat koordinasi terkait Jembatan Selat Sunda, Rabu (18/07).Meski demikian, kata Menkeu, pemerintah tetap perlu mempertimbangkan perkembangan kondisi dunia, khususnya Eropa, China dan India yang juga banyak mengimpor barang dari Indonesia. Selain itu, koreksi harga komoditas juga menjadi pertimbangan pemerintah dalam memfinalisasi target pertumbuhan 2013.Agus enggan berkomentar terkait potensi menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2013 lebih rendah dari kisaran 6,8%--7,2% atau mengarahkan target RAPBN 2013 ke batas bawah 6,8%.Sebelumnya, Plt. Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Bambang P.S Brodjonegoro mengungkapkan target 6,8%--7,2% didasarkan pada proyeksi ekonomi global yang pertumbuhannya naik dari 3,5% pada 2012 menjadi 4,1% pada 2013.Namun, dalam laporan World Economic Outlook yang dilansir Dana Moneter Internasional (IMF) terjadi koreksi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi global dari 4,1% menjadi 3,9% pada 2013."Kita memang harus menerima bahwa pada saat lalu kita harapkan range-nya memang 6,8-7,2%. Tetapi kalau situasi itu di luar kehendak kita, ya kita mungkin harus bicara karena kita yang penting adalah realistis dan nantinya kredibel," tuturnya.Ekonom Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Latif Adam menilai target pertumbuhan ekonomi 6,8%-7,2% pada 2013 kurang realistis. Pasalnya, kondisi ekonomi global nyatanya masih penuh dinamika negatif yang mengganggu kinerja ekonomi nasional, utamanya jalur perdagangan."Kecuali kalau pemerintah punya formulasi baru untuk menggantikan peran ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi, karena konsumsi domestik juga ada batasnya," ungkapnya ketika dihubungi Bisnis.Sektor ekspor menjadi sorotan Latif karena memiliki efek domino dalam perekonomian. Apabila ekspor turun, katanya, penerimaan negara dan perusahaan ikut turun, akibatnya pendapatan dan konsumsi masyarakat ikut turun.Berdasarkan estimasi Latif, laju perekonomian Indonesia yang realistis pada 2013 berada pada kisaran 6,5%--6,7%. Adapun pada 2012, pertumbuhan ekonomi diperkirakan sebesar maksimal 6,3%."Tapi target ini kan bukan hanya soal ekonomi, juga ada agenda politik karena tahun depan adalah masa terakhir pemerintahan. Jadi mungkin target pertumbuhan ekonomi dipasang tinggi untuk menciptakan impresi," tuturnya.Latif menekankan pentingnya pemerintah menetapkan target pertumbuhan ekonomi yang realistis, karena berkorelasi dengan penerimaan negara, tax ratio, sasaran inflasi, pengangguran, dan kemiskinan yang dipatok pemerintah dalam RAPBN 2013. (04/Bsi)
APBN 2013: Target pertumbuhan ekonomi 6,8%-7,2%
JAKARTA: Pemerintah akan kembali mendiskusikan kisaran target pertumbuhan ekonomi 2013 seiring meluasnya ketidakpastian ekonomi global akibat krisis utang Eropa dan perlambatan ekonomi negara-negara berkembang yang berujung pada koreksi proyeksi perekonomian
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Diena Lestari
Editor : Puput Jumantirawan
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
1 jam yang lalu