BANDUNG: PT PAM Jaya memastikan isi kontrak renegosiasi dengan dua operator PT PAM Lyonnaise Jaya dan PT Aetra Air Jakarta tidak akan jauh berbeda.
Direktur Utama PT PAM Jaya Sri Widayanto Kaderi menargetkan kontrak ulang tersebut dapat terselesaikan seluruhnya secara bersamaan paling lama akhir tahun ini.
“Menjadi satu keharusan renegosasi perjanjian kerjasama antara Palyja dan Aetra tidak boleh jauh berbeda, karena kalau kontrak Aetra A dan Palyja C akan terjadi kecemburuan walau dalam proses perhitungan berbeda,” ujarnya dalam acara Palyja Journalist Workshop hari ini, Sabtu (30/6/2012).
Beberapa hal yang diatur misalnya terkait besaran tarif air serta waktu kenaikan untuk tarif air antara dua operator yang harus sama. Meskipun tarif yang dibebankan serta waktu-waktu kenaikan akan dilakukan secara bersamaan, namun tidak dihitung dari rata-rata tarif kedua operator.
Sebab, pelanggan antara kedua operator tersebut berbeda, misalnya Palyja yang sebagian besar pelanggannya merupakan kelas menengah atas sehingga nilai tarif reratanya bisa mencapai sekitar Rp7700.
Selain terkait tarif, hal yang juga akan diatur di dalam renegosiasi kontrak tersebut ialah waktu penyelesaian persoalan shortfall atau defisit pembiayaan ketika tarif lebih rendah dibandingkan pendapatan sehingga menimbulkan selisih atau defisit.
“Tapi tentu waktunya tidak akan sama antara Palyja dan Aetra.”
Untuk penurunan tingkat IRR (internal rate of ratio) baik Palyja maupun Aetra juga akan diatur yang semula sekitar 22% menjadi sekitar 15%.”
Sri menuturkan rencana induk renegosasi antara PAM Jaya dengan Aetra secara umum telah diselesaikan pada awal Juni namun untuk detail pasal perpasal masih belum dirampungkan.
Sementara renegosiasai dengan Palyja dalam proses pembentukan lima tim kecil untuk membahas terkait financial, teknis, legal, aset, dan tim sumber daya manusia setelah diserahkannya proposal renegosiasi pada akhir Mei lalu.
“Progres sudah cukup jauh. Mudah-mudahan secara umum bisa selesai akhir Oktober, dan akhir tahun ini terselesaikan keseluruhan renegosasi dengan Palyja termasuk Aetra,” tegasnya.
Sri berharap dengan akan diselesaikannya kontrak ulang dengan dua perusahaan mitra tersebut dapat memberikan solusi terbaik penyediaan air minum bagi masyarakat DKI Jakarta.
Wakil Presiden Direktur Palyja Herawati Prasetyo membenarkan bahwa perusahannya telah membentuk tim kecil untuk mendiskuiskan berbagai topih yang akan diatur dalam kontrak ulang kerjasama.
Pasalnya, Palyja berbeda dengan Aetra terutama dalam hal struktur pembiayaan dan sumber air bersih.
Untuk ketersediaan air dari Jatiluhur hanya memenuhi sekitar 67% sedangkan 33% disuply dari Tanggerang yang nota bene biayanya lebih mahal dibandingkan Jatiluhur, yakni mencapai Rp2200 per kubik namun dalam bentuk air curah.
Berbeda dengan Aetra yang 100% berasal dari waduk Jatiluhur dengan harga pembelian sekitar Rp162 perkubik pada tahun lalu.
“Palyja juga ada sumber lain dari Tanggerang yang harganya relatif lebih mahal sehingga perlu pertimbangan. Tapi sudah ada target semua bisa diselesaikan dalam tahun ini,” ucapnya dikesempatan yang sama. (sut)