Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

ASUMSI APBN: Tren penurunan harga minyak bisa jaga APBN di level sehat

JAKARTA--Tren harga minyak dunia yang menurun diharapkan dapat menjaga APBN di level yang sehat, meski rupiah terdepresiasi ke kisaran Rp9.300 per dolar Amerika Serikat.Menteri Keuangan Agus D.W. Martowardojo mengatakan pemerintah terus mengamati perkembangan

JAKARTA--Tren harga minyak dunia yang menurun diharapkan dapat menjaga APBN di level yang sehat, meski rupiah terdepresiasi ke kisaran Rp9.300 per dolar Amerika Serikat.Menteri Keuangan Agus D.W. Martowardojo mengatakan pemerintah terus mengamati perkembangan asumsi makroekonomi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang ikut berfluktuasi seiring gejolak ekonomi global."Tapi sekarang kan kondisi rupiahnya ada di kisaran Rp9.300 kan. jadi kalau itu tidak terlalu meleset, karena kita akan melihat rata-rata 1 tahun," kata Agus di kantor Kementerian Keuangan, Selasa (26/06).Realisasi rata-rata nilai tukar tersebut mengalami deviasi sebesar Rp300 dari asumsi kurs yang ditetapkan dalam APBN-P 2012, yakni Rp9.000 per dolar AS. Adapun kurs tengah yang dicatat Bank Indonesia pada 26 Juni 2012 berada di level Rp9.470 per dolar AS.Kendati rupiah terdepresiasi, namun perkembangan harga minyak dunia dinilai Menkeu cukup menggembirakan. Tren turunnya harga minyak dunia diharapkan dapat turut menurunkan realisasi harga Indonesian Crude Petroleum.Agus menuturkan keamanan pasokan dan stabilitas harga energi dunia menjadi salah satu fokus pembicaraan dalam forum KTT G-20 yang berlangsung di Los Cabos, Meksiko, pekan lalu. Pasalnya, apabila gejolak harga pangan dan energi di level global terlanjut, negara-negara berkembang akan terbebani."WTI dan brent itu kan terus turun, dan kita harapkan pada saat pengumuman harga ICP juga turun," ujarnya.Seperti diberitakan Bisnis, minyak brent untuk pengiriman Agustus turun US$1,14 atau 1,3% ke posisi US$89,84 per barel di ICE Futures Europe Exchange. Setelah sempat menyentuh US$113,38 per barel pada pertengahan Januari 2012."Yang tentu kita inginkan, walau di asumsi APBN-P kita itu US$105, tapi kalau kondisi menurun ini bisa terwujud, kita perkirakan average-nya sampai akhir tahun bisa lebih rendah daripada itu," ungkapnya.Meski demikian, akibat memanasnya situasi geopolitik di Timur Tengah, rata-rata realisasi ICP Januari--Mei 2012 masih berada di level yang tinggi, yakni US$120,92 per barel atau terjadi deviasi US$15,92 dari asumsi ICP dalam APBN-P 2012.Sementara itu, deviasi ICP dan nilai tukar berisiko menambah defisit APBN-P 2012, masing-masing Rp0,54 triliun--Rp0,65 triliun setiap US$1 dolar AS deviasi ICP dan Rp2,02 triliun--Rp2,46 triliun untuk setiap deviasi Rp100 asumsi nilai tukar. Adapun defisit APBN-P 2012 ditetapkan di level 2,23% terhadap PDB atau sebesar Rp190,1 triliun. (api) 

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper