Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KRISIS EROPA & YUNANI: Waspadai pelarian modal ke pasar AS

 

 

JAKARTA: Pemerintah terus memantau fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, seiring risiko pelarian modal dan perbaikan prospek ekonomi AS. 
 
Menteri Keuangan Agus D.W. Martowardojo mengatakan pemerintah mengantisipasi kondisi Eropa yang makin mengkhawatirkan, terutama terkait pelarian modal dari bank-bank di zona Eropa.
 
"Kita juga lihat ada kondisi uang investor mengalir ke daerah yang lebih berkualitas dan kebetulan pilihannya adalah Amerika Serikat," kata Agus di kantornya, Senin 28 Mei 2012.
 
Menurut Agus, pelarian modal menuju Amerika Serikat berdampak pada depresiasi hampir semua mata uang di regional yang terhadap dolar AS.
 
Berdasarkan catatan Bank Indonesia, sejak minggu lalu, rupiah terus tertekan. Pada 22 Mei, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada pada posisi Rp9.265. Pada 25 Mei, kurs melemah ke posisi Rp9.310 dan pada 28 Mei terdepresiasi ke level Rp9.425 per dolar AS.
 
"Pelemahan rupiah saya amati memang terjadi dan itu mayoritas karena perkembangan dunia. Tentu kita harapkan itu nanti bisa kembali ke kondisi yg lebih normal," ungkapnya. 
 
Agus menuturkan pemerintah akan bekerja sama dengan Bank Indonesia untuk mengendalikan kurs dan membentuk kepercayaan investor terhadap pasar Indonesia di tengah derasnya ajakan untuk "terbang" ke Amerika Serikat sebagai safe haven investasi.
 
Menkeu juga menegaskan pemerintah tetap menerapkan sistem devisa bebas, walaupun terjadi depresiasi rupiah karena pengaruh menguatnya dolar AS. Kebijakan ini kembali diungkapkan menanggapi munculnya isu pembatasan arus devisa untuk mengurangi tekanan dolar terhadap rupiah.
 
Plt. Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Bambang P.S. Brodjonegoro mengungkapkan sebab pelemahan rupiah terhadap dolar AS, utamanya berasal dari sentimen negatif eksternal. 
 
"Semua orang ingin memegang dolar AS sebagai safe haven," katanya.
 
Di saat yang bersamaan, kata Bambang, permintaan dolar AS di dalam negeri juga meningkat. Peningkatan ini a.l. mencakup kebutuhan impor dan pembayaran deviden.
 
"Pada saat yang sama, Mei ini ada kebutuhan membayar deviden. Maka ya pressure-nya jatuh bersamaan. Ini harus kita sikapi agar pasar tidak berlaku negatif," ungkapnya.
 
Pemberlakuan Peraturan Bank Indonesia No.No.13/20/PBI/2011 tentang Penerimaan Devisa Hasil Ekspor dan Penarikan Devisa Utang Luar Negeri juga diharapkan dapat menghimpun data devisa hasil ekspor dan berpotensi menjaga likuiditas. 
 
"Kita jaga devisa sebanyak mungkin, sehingga dolar tersedia di pasar dan likudiitas tidak terganggu," kata Bambang.
 
Harga minyak
 
Menkeu menambahkan, selain terus mengawasi perkembangan kurs dan arus modal di portofolio investasi, pemerintah juga terus memantau harga minyak. Pasalnya, fluktuasi harga minyak mentah Indonesia (ICP) dapat berdampak pada kesehatan fiskal karena memicu pembengkakan subsidi energi dalam postur APBN-P 2012. 
 
"Harga minyak terlihat di WTI dan Brent menunjukkan angka yang merendah, ICP juga lebih rendah. Nah, kondisi harga minyak yang merendah, tentu membuat tekanan terhadap APBN lebih rendah," kata Agus.
 
Kalau seandainya dilakukan simulasi ICP rata-rata setahun US$115 per barel atau lebih tinggi dari itu, kata Agus, pemerintah yakin tetap dapat mengendalikan fiskal yang sehat, baik fiskal pemerintah pusat maupun fiskal konsolidasi.
 
Kementerian ESDM mencatat rata-rata realisasi ICP dalam 4 bulan pertama 2012 sebesar US$122,78 per barel. Rerata realisasi ICP ini lebih tinggi US$17,78 dari asumsi rata-rata ICP 1 tahun yang ditetapkan dalam APBN-P 2012, yakni US$105 per barel. (sut)

 

 

 

 

BACA JUGA:

Skandal seks DPR mulai terkuak

Kekhawatiran data China pukul saham pertambangan

Hasil F1 Monaco, Webber juaranya

Rossi masuk Honda gantikan Stoner?

Nilai tukar rupiah, gimana hari ini?

 

SITE MAP:


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Diena Lestari
Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper