Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

EKSPOR UDANG digenjot dengan revitalisasi 135.000 ha tambak

JAKARTA: Pemerintah mengharapkan nilai ekspor produk perikanan tahun ini mencapai US$4,2 miliar naik 27% dibandingkan dengan realisasi tahun lalu US$3,3 miliar, dengan menggenjot produksi udang melalui revitaliasi 135.000 hektare tambak di Pantai Utara

JAKARTA: Pemerintah mengharapkan nilai ekspor produk perikanan tahun ini mencapai US$4,2 miliar naik 27% dibandingkan dengan realisasi tahun lalu US$3,3 miliar, dengan menggenjot produksi udang melalui revitaliasi 135.000 hektare tambak di Pantai Utara Jawa (Pantura).

 
Saut Hutagalung, Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan,  mengatakan pemerintah menargetkan nilai ekspor perikanan tahun ini US$3,6 miliar, karena realisasi ekspor tahun lalu sudah mencapai US$3,3 miliar.
 
Namun, pihaknya mengharapkan nilai ekspor produk perikanan pada tahun ini dapat mencapai US$4,2 miliar. Selama ini, ekspor produk perikanan didominasi oleh udang mencapai 33%. Pihaknya menargetkan nilai ekspor udang akan ditingkatkan menjadi 40% dari total nilai ekspor perikanan tahun ini.
 
"Target nilai ekspor [perikanan] tahun ini secara resmi US$3,6 miliar, sedangkan target yang tidak resmi US$4,2 miliar," ujarnya.
 
Saut memaparkan nilai ekspor perikanan akan naik signifikan jika produksi udang naik signifikan.
 
Cara yang ditempuh pemerintah untuk menggenjot produksi udang yaitu dengan mervitalisasi 135.000 hektare tambak udang tradisional yang berlokasi di Pantura. 
 
Kendati revitaliasi tambak itu dilakukan bertahap selama 3 tahun ke depan, Saut mengharapkan peningkatan produksi udang sudah dapat mulai dirasakan sejak tahun ini. "Revitalisasi tambak harus jalan."
 
Nilai ekspor udang Indonesia pada 2008 US$1,2 miliar, pada 2009 US$1,0 miliar, dan US$1,1 pada 2010. Sementara itu, total nilai ekspor produk perikanan pada 2009 US$2,7 miliar, pada 2010 US$2,5 miliar, US$2,9 miliar pada 2010. Tujuan utama ekspor udang ke Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa.
 
Saat ini ada sekitar 147 uni pengolahan udang. Kapasitas terpasang dari 147 unit pengolahan udang itu sebesar 565.626 ton dengan kebutuhan bahan baku 574.227 ton, tetapi kapasitas terpakai hanya 148.250 ton atau 26%.
 
Saut mengakui kapasitas pabrik pengolahan yang terpakai saat ini rata-rata hanya 40%, karena masih kekurangan pasokan udang dari dalam negeri. Sementara itu, impor udang masih dilarang. "Justru bahan baku yang masih bermasalah."
 
Dia menambahkan produsen dan eksportir udang harus meningkatkan kepatuhan syarat pasar seperti residu antibiotik terutama untuk tujuan ekspor. Petambak udang, katanya, juga harus memiliki sertifikasi budidaya yang baik yaitu dengan menggunakan benih yang sudah tersertifikat.
 
Upaya lain yang akan ditempuh KKP untuk menggenjot nilai ekspor perikanan pada tahun ini, katanya, dengan melakukan diversifikasi pasar ekspor. Pasar udang di Eropa, katanya, sudah mulai jenuh sehingga turun, karena ada krisis keuangan di wilayah itu.
 
Berbeda dengan pasar udang di AS yang masih meningkat. Dia menuturkan nilai ekspor udang Indonesia ke AS pada Januari 2012 naik 20% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Saut menuturkan pasar udang di Jepang sudah mulai membaik pasca bencana tsunami di negeri itu pada tahun lalu.
 
Virus udang
 
Dirjen Perikanan Budidaya Selamet Subiyanto mengatakan revitalisasi tambak dilakukan terhadap lahan tambak yang sudah ada yaitu dilakukan pengerukan tambak agar lebih dalam, dibuat pematang, serta plastikisasi.
 
Dia menuturkan revitaliasi tambak udang di Pantura itu untuk menjamin tambak terbebas dari virus. Selain itu, pihaknya akan memberikan benih udang yang memiliki pertumbuhan lebih cepat.
 
"Sistem teknologi semaksimal mungkin seperti manajemen air dan sistem kluster," jelasnya.
 
Untuk mengantisipasi serangan penyakit dan virus, katanya, KKP akan membangun 1 labortaorium setiap tambak seluas 50-60 ha. "Dibentuk pelayanan terpadu, ada laboratorium, pakan ternak, penyuluh, dan pos. (sut)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper