JAKARTA: Gejolak harga minyak dunia dan kebijakan penaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi diproyeksi menyebabkan pelemahan nilai tukar di atas asumsi RAPBN-P 2012, yaitu Rp9.000 per US$.Stuart Oakley, Royal Bank of Scotland Head of Emerging Markets Asia, FX Trading mengatakan tantangan cyclical global menjadi faktor yang menahan laju penguatan Rupiah.
Selain itu, kebijakan pemerintah untuk menaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi sebagai respon dari kenaikan harga minyak dunia juga akan menekan kurs."RBS melihat penurunan risiko ekonomi global akan terus menjadi faktor yang menahan laju penguatan nilai tukar Rupiah,” kata Oakley dalam acara Indonesia Economic Outlook 2012: Investment Grade and Growing", Selasa 27 Maret 2012.
Tantangan cyclical yang dimaksud Oakley, termasuk lonjakan inflasi akibat kenaikan harga minyak dunia dan kebijakan penaikan harga BBM bersubsidi.
Berdasarkan estimasi RBS, dampak inflasinya mencapai 1%-2% apabila kebijakan penaikan harga BBM bersubsidi diterapkan.RBS juga memproyeksikan kenaikan harga minyak dunia akan mempengaruhi laju inflasi secara signifikan.
Tingkat inflasi pada kuartal II/2012 diperkirakan mencapai 5,3% dan naik 0,1% menjadi 5,4% pada kuartal III dan IV tahun ini. Namun, jika harga minyak dunia menyentuh US$150 per barrel, akan ada tambahan inflasi sebesar 4%.Akibat tekanan inflasi dan kumulasi tantangan ekonomi global, RBS memperkirakan kurs pada kuartal II/2012 mencapai Rp9400 per US$, menguat tipis Rp9.350 pada kuartal III/2012, dan kembali menguat ke level Rp9.300 per US$ pada kuartal IV/2012. (ra)