JAKARTA: Asumsi inflasi yang disepakati pemerintah dan Badan Anggaran DPR dalam RAPBN-P 2012 sebesar 6,8% dinilai terlalu rendah.
Target pertumbuhan ekonomi pun dianggap terlalu optimisis untuk dipertahankan di level 6,2%.Latif Adam, ekonom Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, mengatakan asumsi inflasi dal RAPBN-P 2012 sebesar 6,8% terlalu rendah, meski pemerintah sepakat untuk membatalkan kenaikan tarif tenaga listrik (TTL)."Karena ada delaying cost dari keputusan kenaikan BBM bersubsidi. Hitungan saya, kalau BBM naik Rp1.500 per liter atau naik 33,3% dari harga sekarang, dampak inflasinya 1,15%. Jadi paling tidak inflasi di-cap 7%," kata nya saat dihubungi Bisnis, Senin 26 Maret 2012.
Menurutnya, pemicu inflasi bukan hanya kebijakan penyesuaian harga BBM dan TTL, tetapi juga faktor-faktor lain, seperti kebijakan kenaikan harga pembelian pemerintah (HPP) beras dan kenaikan harga komoditas pangan impor."Harga impor beras dari Thailand akan makin mahal, padahal kita tahu beras menyumbang sekitar 17,75% dari inflasi tahunan. Kalau ini semua diperhitungkan, paling minimal dikisaran 7%," ujarnya. (ra)