JAKARTA: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyerahkan keputusan terkait usulan penaikan harga bahan bakar minyak bersubdisi pada pembahasan pemerintah dengan DPR, termasuk terkait besaran kenaikan harga yang pantas diberlakukan.
"Berapa pengurangan subsidi yang tepat? Silakan bicarakan dengan DPR. Pemerintah tawarkan opsi, silakan dibahas oleh pemerintah dan DPR," ujarnya, Minggu 18 Maret 2012.
Pengurangan subsidi, kata presiden, memang dapat dilakukan dengan berbagai cara, tetapi salah satu cara yang cepat adalah dengan menaikan harga BBM.
Pasalnya, subsidi yang melambung disebabkan oleh lonjakan harga ICP dalam waktu singkat, dari US$90 hingga sempat menyentuh harga US$122 per barel.
"Memang ada berbagai cara untuk mengurangi subsidi BBM, menaikan harga BBM, konversi dari BBM ke BBG, pembatasan. Tapi yang paling cepat, menaikan harga secara tepat. Pemerintah tentu memikirkan berapa harga yang pas untuk harga minyak yang setinggi sekarang ini."
Presiden menegaskan jika pemerintah dan DPR menyepakati penyesuaian harga BBM, pemerintah akan memberikan bantuan dan perlindungan terhadap rakyat miskin dan berpenghasilan rendah.
Selain mengurangi subsidi BBM, kata SBY, kenaikan harga juga bertujuan untuk mengontrol supaya subsidi tepat sasaran.
Pasalnya, 70% subsidi BBM dinikmati oleh golongan masyarakat mampu dan kaya, bukan oleh masyarakat berpenghasilan rendah. Menurutnya, apabila golongan ini tidak mau keluar dari comfort zone dan terus membeli BBM dengan harga subsidi, APBN akan terbebani.
"Meskipun kita kurangi subsidi BBM dan menaikan harga, pemerintah tetap mempertahankan subsidi yang tepat. Tidak benar menghilangkan subsidi, kita kurangi, karena jumlahnya yang ratusan triliun sangat berlebihan dan akan membuat APBN jadi tidak sehat," ungkapnya.
Presiden SBY juga menegaskan keputusan untuk mengajukan penaikan harga BBM bersubsidi bukanlah pilihan yang mudah, melainkan pilihan yang sulit dan tidak menggembirakan.
"Presiden mana yang senang atau gembira menaikan harga BBM tanyalah kepada semua. Saya rasa mendiang Soekarno dan Soeharto, atau siapapun yang harus mengambil keputusan yang sulit ini tidak akan senang," kata SBY.
SBY membantah tudingan orang yang menilai dirinya takut, tidak berani, dan mencari aman terkait pengambilan kebijakan menaikkan harga BBM guna mengamankan APBN.
Menurutnya, sebelum mengambil keputusan untuk mengajukan opsi menaikkan harga BBM, pemerintah harus menghitung dengan cermat berapa kenaikan yang pantas dan kompensasi apa yang diberikan kepada masyarakat.
"Penyesuaian APBN harus dilihat dengan kacamata dan cermin yang utuh. Kalau tidak ada tekanan, utamanya harga minyak di pasar dunia, ngapain kita usulkan perubahan APBN yang baru berlaku 3 bulan ini," tegasnya. (04/Bsi)