JAKARTA: Perlambatan ekonomi China ke level 7,5% pada tahun ini dikhawatirkan dapat menekan harga komoditas dunia dan menurunkan penerimaan negara dari sisi ekspor.
Executive Director and Senior Economist UBS for Asean Research Edward Teather menilai yang paling ditakutkan dari pelemahan perekonomian China adalah berimbas pada koreksi harga komoditas dunia.
“Bagaimana pun, konsumsi China menjadi salah satu kunci harga komoditas dunia. Kalau China konsumsinya melambat, harga komoditas cenderung turun,” ungkapnya di sela-sela Media Briefing UBS Indonesia Conference 2012, hari ini.
Sebagai negara eksportir komoditas, katanya, penurunan harga sangat berpengaruh terhadap penerimaan RI. Pasalnya harga batu bara, CPO, karet, kopi dan nikel sebagai beberapa komoditas unggulan RI berisiko turun akibat penurunan nilai dan volume ekspor dari China dan beberapa negara tujuan ekspor utama, seperti Jepang, Amerika Serikat, India dan Uni Eropa.
“Tetapi ada kabar baiknya, RI adalah produsen komoditas yang low cost. Jadi kalau harga komoditas turun sedikit, perusahaan tetap akan menghasilkan untung dan FDI tetap mengalir.”
Selain itu, sambungnya, perlambatan ekonomi China juga akan membatasi ruang gerak ekspansi ekspor RI ke China karena konsumsi China berpotensi melemah seiring menurunnya arus investasi asing dan ekspor negara tersebut.
“Itu tidak akan banyak berubah [arus impor China ke RI]. Tapi yang paling penting, kita harus melihat kenapa China merevisi turun target pertumbuhannya. kapasitas manufakturnya menurun atau permintaan domestiknya yang melemah,” tuturnya. (foto: bloomberg/yus)