JAKARTA: Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan yang bisa merongrong stabilitas makroekonomi meski sudah mencapai peringkat layak investasi dan pertumbuhan ekonomi yang positif. Hal tersebut dikemukakan Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution dalam keynote speaker seminar Indonesia Economic Policy in a Challenging Global Economy yang digelar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia hari ini, 23 Februari 2012. Hadir dalam acara itu, mantan deputi Gubernur Senior BI Anwar Nasution, mantan Deputi Gubernur Senior BI Miranda S. Goeltom, dan Senior Resident Representative for Indonesia Milan Zavadjil. Darmin mengungkapkan seorang pejabat teras IMF Asia Pasific baru baru ini menyampaikan bahwa prestasi Indonesia seharusnya muncul menjadi berita utama di semua surat kabar Eropa karena mencapai external debt to GDP 2011 sebesar 26,5% dan defisit anggaran 1,2%. "Tapi, saya tidak ingin berbicara lebih lanjut cerita itu. Justru sebaliknya, saat ini terdapat sejumlah tantangan yang harus kita hadapi bersama," ujarnya. Tantangan yang harus dihadapi, pertama, tingginya aktivitas ekonomi domestik yang membuat peningkatan impor bakal memicu defisit transaksi berjalan dalam neraca pembayaran."Perlu ada kebijakan mendorong penyediaan kebutuhan bahan modal dan produksi," terangnya. Kedua, penurunan kontribusi sektor pertanian, khususnya pangan. Hal itu sejalan dengan pendapatan petani yang tetap atau mengecil, meskipun kebutuhan pangan terus meningkat. Sisi lain, inflasi sangat dipengaruhi fluktuasi harga pangan karena masalah suplai. Ketiga, peran sektor keuangan dalam menggerakkan perekonomian lebih dominan melalui pihak yang memiliki dana atau bisnis, sedangkan kelompok menengah bawah yang memiliki akses ke lembaga keuangan masih terbatas. Keempat, tingginya minat investasi dalam dan luar negeri tampaknya belum diimbangi ketersediaan instrumen yang sepadan. Bunga yang ditawarakan bank tinggi, sedangkan instrumen pasar modal masih terbatas. Kelima, organisasi industri dan struktur pasar yang kurang ideal, misalnya rigiditas bunga perbankan, rendahnya pendapatan petani, merebaknya jaringan swalayan skala besar dan rendahnya inefisiensi sejumlah industri. Keenam, perekonomian nasional masih dihadapkan pada inefisiensi sektor perbankan. Di kawasan Asean rasio biaya operasional dibandingkan pendapatan tergolong tertinggi. Hal ini kontradiksi dengan margin bunga bersih yang menempati posisi tertinggi. Ketujuh, peningkatan daya saing menjelang Asean Economic Community 2015. Dengan daya saing tinggi dapat digunakan momentum berdirinya Indonesia Incorporated. Kedelapan, investasi pada sektor pendidikan. Kedepan, daya saing perekonomian nasional ditentukan oleh kualitas sumberdaya manusia. (tw)
EKONOMI INDONESIA: 8 Tantangan menghadang
JAKARTA: Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan yang bisa merongrong stabilitas makroekonomi meski sudah mencapai peringkat layak investasi dan pertumbuhan ekonomi yang positif. Hal tersebut dikemukakan Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Saeno
Editor : Nadya Kurnia
Topik
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

18 menit yang lalu
Tambahan Guyuran Dividen 2025 dari ABMM untuk Lo Kheng Hong

41 menit yang lalu
Menguji Target Ambisius Emiten Aguan PANI dan CBDK
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru

50 menit yang lalu
Menilik Rapor 100 Hari Pemerintahan Donald Trump Jilid 2
58 menit yang lalu
Daftar Tuntutan Buruh Jelang May Day 1 Mei 2025
Terpopuler
# Hot Topic
Rekomendasi Kami
Foto
