Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

INDUSTRI FARMASI: Potensi olahan hayati untuk kosmetika capai Rp9 triliun

 

 

JAKARTA: Potensi ekonomi industri olahan hayati laut untuk produk farmasi dan kosmetika diproyeksi senilai US$ 9 triliun.

 

Dewan Kelautan Indonesia (Dekin) bahkan mencatat kue bisnis farmasetika tersebut lima kali lebih besar ketimbang potensi ekonomi perikanan.

 

Rizald Rompas, Sekretaris Dewan Kelautan Indonesia, mengungkapkan permintaan pasar terhadap jenis obat-obatan yang bersumber dari aneka hayati laut terus tumbuh 20%—30% setiap tahun.

 

Dia menilai pengembangan kekayaan hayati laut dapat membidani sejumlah produk farmasi seperti antikanker, antijamur, penekan hipertensi, dll.

 

Namun, seru Rizald, eksplorasi biota laut penghasil biofarmasi masih sangat sedikit. Dia mencatat hingga kini dunia industri hanya mampu menyerap 10% dari estimasi nilai ekonomi hayati laut.

 

Padahal, laut Indonesia memiliki aneka organisme yang mengandung senyawa kimia obat yang berlimpah seperti bunga karang, rumput laut, udang, kepiting, dan moluska.

 

“Masalahnya, industri farmasetika ini belum berkembang meskipun nilai ekonominya sangat besar,” ungkapnya usai seminar pengembangan industri farmasetika di Jakarta hari ini.

 

Menurut Rizald, industri farmasetika tergolong padat modal dengan suku bunga kredit yang tinggi sehingga kerap membatasi penetrasi bisnis penggiat usaha. Investasi yang dibutuhkan diperkirakan mencapai US$ 500 juta untuk mengupayakan pengolahan sumber hayati menjadi produk farmasi.

 

Selain itu, ujarnya, pemerintah harus tanggap dan mendukung pengembangan industri farmasetika. Selama ini pemerintah masih setengah hati bahkan tidak mengakomodasi pendayagunaan potensi hayati laut untuk kepentingan pembangunan nasional.

 

“Dalam waktu dekat kami akan mempresentasikan program ini ke Presiden. Dengan begitu, kami berharap pemerintah dapat membantu perbaikan infrastruktur dan meningkatkan pasokan bahan baku,” jelasnya.

 

Sangat menjanjikan

 

Di tempat yang sama, peneliti Balitbang Kementerian Kelautan dan Perikanan Ekowati Chasanah mengungkapkan peluang Indonesia sangat menjanjikan menjadi negara penghasil bahan bioaktif untuk bahan baku obat dan biokimia. Menurutnya, laut Indonesia memiliki tingkat biodiversitas yang tinggi .

“Produksi bahan aktif dari biota mikro sebaiknya lebih dieksplorasi karena memudahkan produksi bahan baku dan tidak merusak sumber daya hayati,” ungkapnya.

 

Dia menilai sinergi peran swasta, pemerintah, dan lembaga riset perlu dioptimalkan guna mereduksi waktu produksi yang diperkirakan mencapai 7—12 tahun. Pengembangan produksi senyawa aktif untuk keperluan farmasi dan bioteknologi secara komersial akan mewujudkan iklim industri yang positif.

 

Pemerintah juga perlu menjamin insentif bagi perlu usaha serta membidani kebijakan yang mendukung industri farmasetika dari hayati laut. Dengan begitu, penggiat usaha farmasetika laut dapat memeroleh model bisnis yang ideal dengan garansi keuntungan yang menjanjikan. (ea)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Gajah Kusumo

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper