JAKARTA: Fase percepatan pembangunan infrastruktur fisik akan dibarengi dengan peningkatan ilmu pengetahun dan teknologi (iptek) untuk mengembangkan produktivitas dan nilai tambah produk sebagai pendorong laju pertumbuhan ekonomi.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas Armida Alisjahbana menuturkan suatu negara yang sedang membangun membutuhkan dukungan hard infrastructure sebagai pendorong capital input, dan soft infrastructure untuk meningkatkan produktivitas.
"Soft infrastructure juga penting, kebijakan, peraturan, regulasi yang arahnya meningkatkan produktivitas. Ini dapat dipercepat kalau ada iptek," ujarnya usai kunjungan kerja ke Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi akhir pekan.
Meski pengembangan iptek diakui membutuhkan investasi yang tinggi, lanjut Armida, dampak ekonomi yang dihasilkan juga akan tinggi. Untuk pengembangan industri pertahanan dan keamanan dengan peneilitian produk alutsista, misalnya, memiliki dampak ganda hingga 3 kali lipat pada sektor ekonomi lain.
"Iptek yang di Puspitek ini, semua dalam rangka menaikkan produktivitas, pengembangan produk plastik-polimer, benih unggul, hankam-alusista [alat utama sistem persenjataan], sampai nuklir. Memang investasi tinggi, high technology, tapi dampak ekonominya juga tinggi," ujarnya.
Menurut Armida, untuk mengembangkan iptek dukungan pemerintah tidak melulu berupa dana, namun juga berupa sinergi program dengan manarik investasi BUMN atau swasta untuk bekerja sama dengan lembaga penelitian iptek dan perusahaan negara yang bergerak di bidang iptek.
"Saya pikir tidak hanya dana, sinergi program bisa menarik investasi ke perusahaan yang sudah ada, di-drive, di-top on. Ini yang dipercepat," tuturnya.
Pengembangan produktivitas melalui iptek juga diharapkan dapat berjalan seiring dengan program peningkatan nilai tambah komoditas unggul dan produk nasional untuk menghadapi persaingan di pasar global.
"Kalau mau cepat, tidak hanya pemerintah, tapi juga sinerginya dengan swasta. Karena fasilitas sudah ada, SDM ada, infrastruktur dan sarana-prasarana kita juga sudah punya sebenarnya," kata Armida.
Puspitek yang berlokasi di Serpong, Kota Tangerang Selatan itu mengembangkan empat klaster iptek utama, yakni pertahanan dan keamanan dengan melakukan pengembangan dan riset terhadap prototype pesawat jelajah autopilot untuk mengawasi wilayah kepulauan Indonesia, pengembangan industri otomotif dengan melakukan uji mesin dan spare part sejumlah produk otomotif, serta pengembangan produk polimer dan farmakologi.
Bekerja sama dengan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Puspitek juga mengembangkan nuklir untuk kepentingan kesehatan (radiologi dan X-Ray), radio-isotop untuk rekayasa genetik produk pangan kualitas unggul, hingga pembangkit listrik tenaga nuklir yang sudah mampu menghasilkan 30 MW listrik. (sut)