JAKARTA: Kementerian Pekerjaan mendorong produsen material peralatan konstruksi infrastruktur menggenjot peningkatan produksi guna menghadapi tingginya kebutuhan bahan baku untuk mendukung program masterplan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia (MP3EI).
Kepala Badan Pembinaan Konstruksi Kementerian PU Bambang Goeritno mengatakan peningkatan tersebut perlu dilakukan sebagai antisipasi kelangkaan material yang menyebabkan mahalnya harga-harga material yang berdampak padak keberlanjutan pembangunan.
Sebab dengan percepatan pembangunan proyek-proyek MP3EI, estimasi kebutuhan material peralatan konstruksi diperkirakan mengalami peningkatan jauh di atas prediksi sebelumnya.
Misalnya saja untuk kebutuhan semen yang berdasarkan baseline rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) 2010 – 2014 diprediksi hanya sekitar 61,55 juta ton melonjak menjadi 80,69 juta ton dengan adanya proyek MP3EI.
Begitu pula dengan kebutuhan baja yang diperkirakan 26,85 juta ton meningkat hingga 88% menjadi 50,51 juta ton. Sementara itu, kebutuhan aspal yang melonjak tajam hingga 149% dari hanya 7,5 juta ton naik drastis menjadi 18,74 juta ton.
Kebutuhan alat berat yang awalnya dipediksi sekitar 216.317 hanya meningkat sedikit menjadi 254.330 Kebutuhan tersebut tersebar untuk pembangunan infrastruktur jalan, pelabuhan, power dan energi, bandara, rel kereta api, utilitas air, telematika, dan infrastruktur lainnya.
“Suplier dan produsen harus antisipasi dan genjot peningkatan produksi agar tidak terjadi kelangkaan disaatnya nanti yang menyebabkan harga naik karena pembangunan infrastruktur membutuhkan banyak aspal, semen, dan baja,” ujar Bambang, hari ini.
Pasalnya, bila tidak diantisipasi sedari awal, investasi untuk kebutuhan pembangunan infrastruktur yang mencapai hingga Rp1.786 miliar hanya untuk membeli material yang sama dengan tahun sebelumnya karena harga yang meningkat tajam akibat inflasi dan kelangkaan material.
“Jangan sampai uang yang meningkat hanya bisa beli barang yang sama dengan tahun sebelumnya karena nilai inflasi karena itu perlu antisipasi sedari awal,” ucapnya
Selain itu, untuk menghadapi pembangunan megaproyek jembatan Selat Sunda sepanjang 28 km pada 2014 nanti, Bambang mendorong produsen baja untuk memproduksi baja berkekuatan tinggi mengingat besarnya kebutuhan baja lokal berkekuatan tinggai.
“Baja berkekuatan tinggi ini perlu didorong, menjelang akan dibangunya proyek besar seperti JSS dan jembatan bentang lainnya.” (sut)