JAKARTA: Meski mengakui masih memiliki keterbatasan pengetahuan membangun jembatan gantung, Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto menegaskan Indonesia tetap akan membangun beberapa jembatan gantung bentang panjang di Indonesia.
Menurut Djoko, kejadian runtuhnya jembatan gantung Kutai Kartanegara (Kukar) yang menghubungkan kota Samarinda dan Tenggarong, di Kalimantan Timur pada 26 November lalu, harus menjadi pelajaran bagi seluruh pihak terkait agar lebih berhati-hati dan bekerja secara lebih profesional.
Apalagi, sambungnya, sebagai negara kepulauan, Indonesia masih membutuhkan pembangunan jembatan gantung. Salah satu yang siap untuk dilaksanakan dalam jangka waktu beberapa tahun ke depan ialah Jembatan Selat Sunda sepanjang 28 km dengan bentang 2,2 km.
"Tidak akan menghentikan pembangunan jembatan gantung, tidak perlu ada ketakutan. Yang bijak itu terus membangun dengan kehati-hatian yang tinggi, dan ke depan harus dilakukan oleh tim yang profesional," ucapnya hari ini.
Diakui olehnya, untuk membangun jembatan gantung memang memerlukan suatu ilmu dan teknologi khusus, bahkan model jembatan demikian memang belum terlalu dikenal dan banyak dibangun di dunia.
"Yang gagal juga banyak, jadi dibutuhkan keberanian pembangunannya dalam skala efort juga standar yang baku," ujarnya di Jakarta, kemarin.
Ketua Tim Evaluasi dan Investigasi Teknik Runtuhnya Jembatan Kukar Iswandi Imran mengatakan keruntuhan jembatan gantung Kukar tidak perlu menimbulkan kegamangan bagi para kontraktor dan konsultan dalam rancang bangun jembatan terutama suspensi kabel (jembatan gantung).
"Apresiasi juga harus diberikan kepada pihak rancang bangun yang menjadi pioneering jembatan bentang panjang. Kegagalan struktur ini sangat bermanfaat untuk bidang rancang bangun ke depan."
Selain itu, sambungnya second opinion sebagai rekomendasi dari pihak yang profesional harus dilakukan sesuai dengan state of the art yang harus disyaratkan di masa mendatang.
Sebab, seperti diketahui, kurangnya pengetahuan atau lack of knowledge yang menyangkut umur struktur, permodelan geometri, sifat material, beban yang bekerja, keseimbangan dan kestabilan struktur serta kesalahan lainnya pada saat membangun jembatan Kukar 1995 lalu tidak
diimbangi dengan rekomendasi yang baik.
Menurutnya, perencana telah meminta rekomendasi dari tim ahli Jepang melalui JICA dan konsultan PIC, ternyata rekomendasi yang diterima membawa dampak yang buruk karena menyalahi code of practice yang ada di dunia saat itu.
Djoko menegaskan bahwa pihaknya tidak lagi akan meminta rekomendasi dari konsultasn PIC dan telah mem-blacklist-nya dari daftar konsultan asing yang akan diminta rekomendasi.
"Kami bertekad untuk tidak lagi meminta pihak yang telah membuat kesalahan fatal apalagi orang asing. Ke depan harus dilakukan oleh yang lebih profesional," tegasnya.
PU mencatat saat ini terdapat 89.000 unit jembatan dengan panjang ekuivalen 1.050 km baik yang permanen maupun yang masih bersifat lintasan basah.
Sementara di ruas jalan nasional, terdapat 21.371 unit jembatan dengan panjang ekuivalen 397 km. Sedikitnya terdapat 20.910 unit jembatan dengan ekuivalen 397 km yang berada pada sistem jaringan jalan utama.
Dari seluruh jembatan, Indonesia sendiri hanya memiliki tiga jembatan gantung yakni jembatan Memberamo di Papua dengan bentang utama 235 meter, jembatan Barito di Kalimantan Selatan dengan bentang utama 240 meter, dan Jembatan Kutai Kartaneger (Kalimantan Timur) dengan bentang utama 270 meter. (sut)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel