JAKARTA: Penggunaan mocaf sebagai bahan baku alternatif gandum dalam industri tepung terigu terkendala produksi yang tidak stabil.Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) Ratna Sari Loppies mengatakan produsen tepung terigu sebetulnya telah menggunakan mocaf sebagai bahan baku campuran produksi sejak 2008 dalam volume yang beragam.Namun, ungkapnya, fluktuasi volume produksi dan harga mocaf membuat produsen tepung terigu kesulitan memastikan pasokan bahan baku tersebut.“Padahal ada produsen yang menggunakan hingga 20% [dari produk akhir], bahkan untuk beberapa produk seperti udon bisa 50%,” kata Ratna kepada bisnis, beberapa waktu lalu.
Mocaf (Modified Cassava Flour) adalah bahan baku campuran atau subtitusi terigu, tapioka dan beras yang dihasilkan dari pengolahan singkong melalui proses fermentasi.Modifikasi sel singkong dalam produksi mocaf menghilangkan rasa, bau dan warna khas singkong dari tepung yang dihasilkan hingga lebih mudah digunakan sebagai bahan baku industri makanan.
Produksi yang tidak stabil, tambahnya, mempersulit usaha meningkatkan serapan industri tepung terigu atas mocaf sebagai bagian dari program diversifikasi pangan kerja sama Kamar Dagang dan Industri (Kadin) dan pemerintah.Pengurus Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Achmad Subagio mengatakan tahun ini industri mocaf hanya bisa menggunakan sepertiga dari kapasitas produksi karena kekurangan bahan baku.Produksi singkong, jelasnya, masih sangat fluktuatif akibat masih rendahnya perhatian petani dan pemerintah atas kestabilan produksi komoditas tersebut.Tahun ini, produksi singkong olahan tersebut diperkirakan hanya mencapai 75.000 ton dari kapasitas produksi industri nasional yang mencapai 150.000 ton per tahun.Adapun kebutuhan mocaf di Tanah Air diperkirakan mencapai 10% dari produksi tepung terigu nasional atau sekitar 500.000 ton per tahun.Subagio memperkirakan pembangunan pabrik mocaf berkapasitas 1.000 ton membutuhkan investasi sebesar Rp3 miliar – Rp4 miliar.Dia menambahkan beban biaya operasional industri mocaf masih berat karena volume produksi yang masih kecil, mencapai Rp3.500 per kilogram untuk produksi 1.000 ton mocaf.“Tapi harganya semakin baik, sekarang sekitar Rp5.000 per kilogram, atau keuntungannya berkisar antara Rp300 – Rp500 per kilogram,” kata Subagio.Saat ini, pertumbuhan produksi tepung terigu hampir seluruhnya ditopang oleh impor gandum yang diperkirakan akan menjadikan Indonesia konsumen gandum terbesar dunia.Ratna memproyeksikan konsumsi gandum Indonesia pada 2011 akan tumbuh menjadi 5,06 juta ton dari konsumsi gandum 2010 yang sebanyak 4,6 juta ton.“75% dari gandum tersebut diolah menjadi tepung terigu, 20% diolah menjadi produk sampingan termasuk pakan ternak,” paparnya.Sebelumnya, Ketua Komisi Tetap Ketahanan Pangan Kadin Franky Welirang mengatakan potensi industri berbasis singkong sangat besar namun membutuhkan dukungan kebijakan ekonomi dari pemerintah.Dia mengharapkan pemerintah memberikan PPN 0% untuk penjualan mocaf dan penjualan tepung terigu yang menggunakan bahan baku mocaf minimal 20%.“Ini yang akan mendorong diversifikasi pangan, jangan lagi bicara pemaksaan masyarakat mengkonsumsi pangan alternatif,” kata Franky.Insentif fiskal tersebut, jelasnya, akan mendorong produsen beralih memproduksi bahan pangan dengan kandungan bahan alternatif lebih tinggi hingga mengurangi ketergantungan Indonesia atas komoditas jagung, beras dan gandum.Franky menambahkan peningkatan konsumsi bahan baku alternatif seperti mocaf akan meningkatkan minat investasi di industri tersebut yang nantinya membuat volume dan harga singkong olahan tersebut stabil. (faa)