Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank ikut andil ciptakan ketimpangan ekonomi

JAKARTA: Perbankan turut memberikan andil dalam menciptakan ketimpangan ekonomi, karena penyaluran kredit hanya terkonsentrasi pada daerah Jawa, Sumatera dan Bali, sehingga kawasan Indonesia timur pun cenderung tertinggal dibandingkan dengna barat.Pernyataan

JAKARTA: Perbankan turut memberikan andil dalam menciptakan ketimpangan ekonomi, karena penyaluran kredit hanya terkonsentrasi pada daerah Jawa, Sumatera dan Bali, sehingga kawasan Indonesia timur pun cenderung tertinggal dibandingkan dengna barat.Pernyataan tersebut disampaikan oleh Emil Salim, Ketua Dewan Pertimbangan Presiden dan juga Mantan Menteri Era Orde Baru, dalam Breakfast Meeting: Indonesia Economic Outlook 2012, siang ini.Menurutnya, kebijakan pembangunan ekonomi Indonesia masih berorientasi pada sisi kuantitas, bukan kualitas, yakni tak konsen terhadap kemiskinan, pengangguran dan ekonomi hijau.“Akibatnya kemajuan tampak pada koridor dan pembangunan pertumbuhan kawasan Jawa, Sumatera, dan Bali. Teman-teman di timur ada tertinggal dan arus penduduk pun menuju ke tiga daerah itu,” kata Guru BesarUniversitas Indonesia itu.Hal itu, sambungnya, bisa dilihat dari penopang pertumbuhan domestik bruto (gross domestic bruto/GDP) sebanyak 80% berada di Jawa, Sumatera dan Bali. Demikian juga, lanjutnya, penyaluran kredit pun masih berada di kawasan tersebut.Berdasarkan data Bank Indonesia per September 2011, kredit yang disalurkan perbankan untuk Indonesia Barat (Jawa, Bali, dan Sumatera) mencapai Rp1.814,47 triliun atau 87,26% dari total penyaluran kredit nasional. Adapun sisanya Rp 264,79 triliun dibagi sejumlah kawasan lain.Begitu juga dana pihak ketiga yang dihimpun di Indonesia Barat mencapai Rp2.234,01 triliun atau 87,78%, sedangkan sisanya Rp 310,85 triliun terbagi di kawasan Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi dan Papua.Emil mengkritik kenapa kebijakan ekonomi dan pembiayaan perbankan tidak didistribusikan secara merata bagi semua kawasan. Dia menyadari kepentingan bisnis selalu memandang kepentingan untung rugi. Namun, sambungnya, orientasi tersebut harus dirubah demi kepentingan negara kesatuan Republik Indonesia.“Benar kewajiban kita mendorong growth [pertumbuhan], tapi harus ada dimensi kemanusiaan. Demi keadilan dan NKRI,” tegasnya. Hal senada disampaikan Mantan Gubernur Bank Indonesia Adrianus Mooy. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi lebih terkesan mengejar kemajuan secara kuantitas, tetapi secara kualitas tak ada yang dikerjakan. (Bsi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper