Banun Harpini, Kepala Badan Karantina Kementerian Pertanian, mengatakan keenam negara tersebut adalah Selandia Baru, Kanada, Brasil, Meksiko, Uruguay dan Irlandia.
Menurut dia, enam negara itu memiliki potensi pasok sumber protein yang besar, relatif terbebas dari penyakit mulut dan kuku (PMK), BSE (bovine spongiform enchepalopathy/sapi gila), sistem penanganan SPS yang memadai, produk hewani yang baik serta monitoring yang relatif terstandardisasi.
Dari enam negara yang dianggap relatif terbebas dari PMK dan BSE adalah Selandia Baru, sedangkan di wilayah utara Brazil dinilai terbebas dari PMK. Sementara itu, sejumlah sapi dari Kanada masih mengidap BSE, ujarnya hari ini.
Menurut dia, Brasil adalah negara yang memiliki populasi ternak yang sangat besar sedangkan jangkauan pasok sapi bakalan, bibit, dan daging sapi telah menyebar ke seluruh penjuru Asia.
Soal jarak dan biaya pengiriman, impor ternak dari Brazil tidak masalah karena sangat kompetitif. Jualan mereka bahkan sudah sampai ke Australia, Singapura, Rusia, Portugis, India, China, dan Uruguay. Jadi sangat kompetitif. Berapa pun pasokan yang kita butuhkan, mereka [Brasil] siap, terangnya.
Selain itu, lanjutnya, utusan Kanada dan Selandia Baru juga menyatakan siap jika Indonesia berkeinginan mengimpor daging sapi dari negara tersebut karena biaya transportasi yang relatif murah, cepat dan sistem pendingin produk yang memadai untuk menjaga kualitas produk.
Selain akan menjajaki impor sapi hidup dan daging, pemerintah berkeinginan untuk mendatangkan bibit sapi dari sejumlah negara untuk merealisasikan program pembibitan (breeding) yang terpusat di Balai Embrio Transfer, Lembang. (sut)