Direktur Jasa Keuangan dan Analisis Moneter Bappenas Sidqy Lego Pangesthi Suyitno sudden reversal bisa saja terjadi karena Ban Sentral Amerika Serikat masih menjalankan kebijakan Quantitative Easing (QE).
"Jadi di dunia sekarang over liquid sehingga mereka mengambil tempat investasi yang menarik karena di Amerika hampir 0," katanya di Jakarta hari ini.
Kendati demikian, menurutnya, saat ini belum ada tanda-tanda terjadinya sudden reversal. Capital outflow yang terjadi saat ini masih dianggap dalam ambang batas yang wajar. "Belum ada gejala sudden reversal, tapi kalau outflow itu fenomena tiap hari, inflow juga karena ada isu sedikit itu bisa lari, karena itu spekulan juga ada. Kalau tiga bulan berturut-turut ada outflow itu sudah tanda-tanda bahaya," ujarnya.
Dalam kondisi besarnya capital inflow yang masuk ke Indonesia seperti saat ini, katanya, pemerintah dituntut untuk mampu mengelolanya agar bisa berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi. "Ini tantangan yang bisa jadi peluang karena ini uang gentayangan. Kita harus bisa tangkap bagaimana agar uang tidak hanya masuk ke portfolio jangka pendek tapi harus kita dorong lebih ke jangka panjang yaitu investasi langsung," jelasnya.
Sidqi mengungkapkan pemerintah dan Bank Indonesia kini tengah mengkaji beberapa kebijakan yang bisa merangsang terjadinya peralihan dari investasi portfolio ke investasi langsung.
"Ada upaya nanti dari BI dan Kemenkeu untuk SBI itu dialihkan ke SBN yang jangka pendek supaya bisa membantu penerimaan karena masuk APBN," ungkapnya.
Kebijakan lain yang tengah dikaji pemerintah adalah penerbitan obligasi infrastruktur dan mendorong peningkatan emisi di pasar modal. "Kalau emisi dia bukan bubble tapi kalau primary market, bond, IPO, saham, baru itu bisa bubble. Itu yang mulai diupayakan," ujarnya.
Direktur eksekutif Indef Ahmad Erani Yustika menilai ancaman terjadinya sudden reversal memang ada tapi tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Stabilitas perekonomian nasional bersamaan dengan pulihnya perekonomian dunia diyakini tidak akan membuat dana asing kabur secara besar-besaran dari Indonesia. "Tapi situasi bisa berubah sewaktu-waktu," ujarnya.
Dia menjelaskan sudden reversal sebenarnya bisa dicegah bila kondisi ekonomi dalam negeri memiliki ketahanan yang kuat terutama terkait kebijakan pemerintah.
Semua tergantung perekonomian kita, kalau ada kebijakan yang menimbulkan gejolak, bisa saja ekspektasinya menurun dan akibatnya fatal, katanya. (ln)